Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Proyek Jalan Daendels Membantai 12 Ribu Manusia

Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Jalan Daendels di Semarang, tahun 2018. KOMPAS.com/NAZAR NURDIN

Di tanah yang kita pijak ini, jauh sebelum hari-hari kemerdekaan menjadi nyata, genosida terjadi. Genosida secara sederhana adalah pembantaian secara besar-besaran dan sistematis.

Di tengah riuh kehidupan zaman, lampu terang, telepon genggam, dan mobil berdesakan, jauh sebelum ini ada pembantaian. Ini hanya soal perenungan bahwa masa kini ada setelah masa lalu. Ini hanya perenungan bahwa bahagia ini tak melupakan soal pilu di masa lalu. Agar ada pembelajaran dan agar tak ada pengulangan.

Salah satu yang mencengangkan di masa lalu adalah pembangunan Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels yang membentang dari Anyer sampai Panarukan, Pulau Jawa. 

Beberapa daerah yang dilewati Jalan Raya Pos adalah Cilegon, Serang, Jakarta, Bogor, Bandung, Sumedang, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Pati, Kudus,Tuban, Sidoarjo, Surabaya. Jalan ini sebenarnya tak dibangun dari awal. Sebab, jauh sebelumnya sebagian besar jalan tersebut memang sudah ada.

Adalah Herman Willem Daendels yang memerintahkan untuk melebarkan jalan itu sampai 7 meter. Daendels pula yang mengomandoi proyek itu dengan tangan besi. Dia terinspirasi oleh Napoleon Bonaperte, pemimpin Prancis yang kesohor itu. Bahkan, Daendels membayangkan dirinya sebagai Napoleon kecil.

Jangan dipikir Daendels adalah orang yang "cerdas". Dia paling tak suka dengan adu argumentasi. Daendels bisa mengancam dengan bentakan, bahkan menembak mati orang yang mengajaknya beradu argumentasi.

Siapa yang memberi mandat Daendels ke Hindia Belanda? Dia adalah Louis Napoleon, saudara Napoleon Bonaparte. Di masa itu, Belanda memang berada di bawah kekuasaan Prancis.

Kembali ke Jalan Raya Pos. Jalan itu yang membentang 1000 kilometer yang di masanya setara dengan jarak Amsterdam, Belanda ke Paris, Prancis. Jalan Raya Pos rampung dibuat dalam waktu 1 tahun! Pada 1809, jalan ini sudah bisa dipakai.

Efek pembangunan itu adalah transportasi yang lebih mulus. Sebelum Jalan Raya Pos tuntas, Daendels membutuhkan waktu empat hari perjalanan dari Anyer sampai Batavia. Setelah Jalan Raya Pos tuntas, Daendels hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menempuh perjalanan dari Anyer sampai Batavia.

Tapi, pengerjaan Jalan Raya Pos itu adalah genosida tak langsung. Setidaknya itulah yang diungkapkan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar itu. Ada kerja paksa yang dikenal dengan sebutan rodi. Jatah kerja dan tenggat sudah ditentukan. Penanggung jawab proyek di lapangan yang tak bisa menyelesaikan sesuai dengan tenggat, akan digantung sampai mati pada dahan-dahan pohon sekitar proyek.

Pekerja? Pekerjanya banyak yang tewas karena malaria, kelaparan, dan kelelahan. Tepi jalan yang membentang antara Anyer dan Penarukan itu kemudian dinilai sebagai kuburan terluas di Pulau Jawa. Laporan orang Inggris di tahun 1815 menyebutkan ada 12.000 orang yang tewas selama pembangunan Jalan Raya Pos itu. Angka itu adalah bukti pembantaian besar-besaran secara sistematis yang tak langsung. Artinya tak terjadi dalam satu waktu, tapi dalam rentetan waktu satu tahun pengerjaan Jalan Raya Pos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline