Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Slamet yang Dituding Milenial Abal-Abal

Diperbarui: 26 Juli 2020   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi milenial. Dok psma kemendikbud dipublikasikan Kompas.com

Slamet namanya. Lengkapnya, Slamet Malem. Dulu bapaknya yang buta huruf, asal saja memberi nama. Akhirnya itulah namanya, Slamet Malem. Lahir di tahun 1986, saat Maradona mencetak gol "Tangan Tuhan".

Dalam kerangka generasi, maka Slamet ini dikategorikan sebagai generasi milenial. Kenapa? Karena Slamet lahir di rentang waktu seseorang dikatakan generasi milenial yakni antara 80-awal sampai 90-an akhir atau 2000 awal.

Slamet tiap hari ke sawah, kalau pas musim tanam. Kalau musim tanam sudah selesai, Slamet kadang jadi kuli bangunan. Kulit Slamet legam. Tapi karena legam itu pula, Sri akhirnya mau menikah dengan Slamet.

Sri terkagum-kagum pada orang hitam karena suka dengan lagunya Rita Sugiarto yang membahas orang hitam. Saking kagumnya, dulu justru Sri yang nembak Slamet. Slamet yang suka tersenyum dengan gigi kuning langsat itu, mengiyakan saja ketika ditembak Sri.

Mereka menikah dan sudah punya satu anak yang diberi nama Salman. Maklum Slamet dan Sri ngefans dengan Salman Khan yang aktor Bollywood itu. Sri sibuk dengan anaknya dan Slamet sibuk dengan pekerjaannya.

Sekalipun generasi milenial, Slamet memang tak memiliki ciri milenial seperti orang milenial. Slamet tak bisa mengoperasikan laptop. Telepon genggam hanya bisa pesan pendek dan telepon. Tak juga punya media sosial. Pendidikan? Slamet hanya lulusan SD.

Satu ketika di kecamatan akan ada acara pemberdayaan kaum milenial. Yang mengadakan acara itu adalah pihak kecamatan dan lembaga swasta. Rencananya, pemberdayaan itu akan menguatkan kemampuan generasi milenial di dunia maya. Selain itu, agar generasi milenial bisa tetap enerjik maka mereka akan dikenalkan dengan beberapa pengusaha ternama kabupaten. Ya, membuka jaringan agar nanti bisa bermanfaat.

Konon kabarnya, para milenial itu juga diikat perjanjian bahwa mereka akan dikaryakan lembaga swasta itu selama 1 tahun tanpa digaji, hanya diberi uang transport dan makan.

Warman, teman TK Slamet, berinisiatif mendaftarkan Slamet. Pendaftaran dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan acara. Warman menilai Slamet sudah jauh tertinggal kereta. Warman yang sayang pada Slamet itu menilai jika si kawan harus lebih modern. Warman kemudian minta tembusan surat ke desa dan membawa Slamet ke tempat pendaftaran.

Lho, kenapa Warman tak mendaftar juga? Kan seusia sama Slamet? Oh kalau itu karena Warman lagi sibuk mau pilkada. Dia adalah salah satu tim sukses satu pasangan calon. 

Akhirnya sampai juga Warman dan Slamet di kantor kecamatan. Saat pendaftaran itu, Slamet sudah memakai pakaian yang layak, setidaknya untuk ukurannya. Dia memakai kemeja panjang warna putih, tapi belum disetrika. Celana bahan dengan bentuk cutbrai biru muda dia pakai. Itu celana milik almarhum ayahnya. Dari kejauhan Slamet seperti anak SMA yang sering tak naik kelas. Maklum, dari jauh pun Slamet terlihat tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline