Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Berdamai dengan Gaya Hidup yang Timpang

Diperbarui: 28 Juni 2020   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto ipopba dipublikasikan kompas.com

Gaya hidup seseorang kadang memang ditentukan oleh kekayaan, kebutuhan, dan kebiasaan. Kekayaan, kebutuhan, dan kebiasaan orang berbeda-beda, maka relasi antarmanusia pun akan timpang. Berdamai adalah salah satu cara yang bisa dilakukan jika ketimpangan itu muncul.

Teknologi adalah salah satu contoh kebutuhan atau kebiasaan yang menjadi gaya hidup. Teknologi yang akan dibahas di sini adalah telepon genggam. Telepon genggam ini setahu saya mulai marak di tahun 2000-an.

Di tahun itu, orang mulai familiar dengan telepon genggam. Telepon genggam kemudian bukan hanya untuk komunikasi verbal jarak jauh, tapi juga komunikasi tulis jarak jauh.

Ketika semua orang menggunakan telepon genggam, maka komunikasi pun menggunakan telepon genggam. Bahkan, komunikasi yang bukan jarak jauh pun menggunakan telepon genggam. Contohnya adalah berkomunikasi dengan tetangga kita yang jarak rumahnya dengan kita hanya 15 meter pun pakai telepon genggam.

Komunikasi dengan tetangga dekat kini dilakukan dengan perantara teknologi. Beda dengan tahun 80-an atau 90-an awal di mana kalau ingin komunikasi dengan tetangga dengan mendatangi rumahnya.

Dulu, kalau tetangga yang didatangi tidak ada, kita pulang ke rumah. Kemudian, beberapa jam lagi atau saat sore kita sambangi tetangga kita itu untuk berkomunikasi. Kenapa sore? Karena biasanya sore hari orang akan berada di rumah.

Namun, potret itu sudah tak terlihat di masyarakat yang akrab dengan telepon genggam. Kini, masyarakat atau komunitas atau warga RT berhubungan saja dengan telepon. Biasanya fenomena ini adalah fenomena di perkotaan.

Di perdesaan? Tidak semua warga memiliki telepon genggam. Dari fenomena yang aku ketahui, sebagian orang tua memang tak menggunakan telepon genggam. Alasannya? Kalau sepemahaman saya karena memang tak terbiasa mengoperasikan telepon genggam.

Akhirnya, memang tak bisa komunikasi selalu memakai perangkat teknologi. Salahkah? Ya ini bukan salah atau tidak salah. Ini adalah fakta yang harus diterima. Fakta yang membuat kita memang harus berdamai dengan keadaan.

Kita tidak bisa memaksa atau malah menyiksa orang tua dengan teknologi yang membingungkan. Apalagi jika orang tua tersebut memang buta huruf atau kerepotan membaca. Membaca saja sudah repot apalagi menggunakan telepon genggam.

Fakta tersebut memunculkan dua kelompok, yakni yang memakai telepon genggam dan tak memakai telepon genggam. Bagi yang lebih muda dan bertelepon genggam, memang harus berdamai dengan mereka yang tak memakai telepon genggam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline