Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Eksploitasi ABK Indonesia dan Beratnya Kerja di Laut

Diperbarui: 7 Mei 2020   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, anggota Satpolair Polres Cilacap bersama petugas Karantina Kesehatan Pelabuhan (KKP) Cilacap mengevakuasi jasad ABK yang meninggal di kapal, Rabu (6/5/2020).(KOMPAS.COM/DOK SATPOLAIR POLRES CILACAP)

Anak buah kapal (ABK) asal Indonesia kembali menjadi bahan pemberitaan. Media elektronik Korea Selatan memberitakan eksploitasi dan cerita sedih ABK Indonesia yang bekerja di kapal Cina.

Seperti dikutip Kompas.com, para pekerja Indonesia itu bekerja 18 jam sehari. Bahkan, seorang ABK mengaku berdiri 30 jam. Dari pengakuan salah satu ABK Indonesia diketahui jika ABK Indonesia meminum air laut.

ABK Indonesia yang minum air laut tersebut mengaku pusing dan seperti ada dahak yang keluar dari tenggorokan. Sementara ABK Cina tak meminum air laut. Diskriminasi pun terlihat dari pengakuan tersebut.

Yang juga mencengangkan, ABK Indonesia yang meninggal dilarung ke laut. Cerita kerasnya kerja di kapal pernah saya dengar dari seorang teman. Memang mungkin tidak semua pekerja di kapal diperlakukan buruk.

Ada cerita dari seorang teman yang lebih senior dari saya, bekerja sebagai ABK. Cerita itu saya dengar sudah lama sekali, mungkin 25 tahun yang lalu. Dia dalam posisi sakit dengan ada luka darah di tubuhnya.

Namun, dalam kondisi sakit, itu tak membuat dia diminta istirahat. Dia tetap bekerja dengan kondisi badan yang sakit parah. Belakangan setelah banyak mengetahui cerita buruk ABK di laut melalui media, saya menilai bahwa kerja di laut memang tidak mudah.

Saya berkhayal, jika ada ABK yang bermasalah dengan atasannya, apa yang akan dilakukan atasannya di atas kapal yang sedang berlayar? Jika orang hidup di darat, kekerasan fisik berpotensi diketahui orang dan bisa dilaporkan ke polisi. Tapi kalau di laut?

Saya pun menyimpulkan sendiri. Bahwa gaji wah orang yang kerja di laut karena memang risikonya tinggi. Jika tidak biasa, kerja di laut mungkin akan mudah stres karena setiap hari bertemu dengan orang yang sama dan memandang laut.

Maka, ketika saya melihat ada anak sekolah pelayaran memiliki fisik luar biasa, ya mungkin karena di laut akan sangat sering muncul gemblengan fisik. Ini semua hanya rabaan saya saja soal kerja di laut. Tapi, tentu juga bahwa ada teman yang hidup di laut dan sejahtera. Saya jarang mendengar ada kisah buruk juga.

Sekadar cerita, di tahun 2000 awal, saya pernah sudah mendaftar kerja di kapal. Sebab, iming-iming gajinya bagus. Saya lupa berapa tepatnya. Saat itu, seingat saya, persyaratan administratif sudah saya kantongi. Tapi saya urung kerja di laut. Tapi saya lupa alasannya mengapa.

Sejatinya, hidup keras di laut juga menjadi pemandangan yang sering saya dapatkan secara tak langsung. Maklum saja, rumah saya dahulu berjarak tak sampai 10 kilometer dengan laut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline