Kerja itu tak akan pernah baik-baik saja, dinamikanya selalu ada. Anda kerja sebagai wiraswasta, kerja bersama orang dalam sebuah organisasi bisnis atau organisasi pemerintahan maka selalu ada dinamikanya.
Yang jadi wiraswasta, dinamika sedihnya juga banyak. Beberapa orang yang sekarang sukses sebagai pebisnis, mereka juga menelan pahit getirnya berbisnis. Ada yang ketika berjualan ditipu. Sudah mengirimkan barang, tapi uang tak dilunasi.
Ada yang sudah membeli barang dalam jumlah banyak, tapi isinya tak sesuai dengan pesanan. Ada yang membangun rumah makan, tak laris sehingga harus gulung tikar. Harus bersaing dengan kompetitor dengan cara yang kadang tak wajar. Semua adalah pahit getir yang harus dihadapi.
Bagi yang bekerja sebagai karyawan atau pegawai pemerintahan dinamikanya juga banyak. Ada fenomena saling sikut untuk dapat perhatian, jabatan, agar tak dihukum berat. Saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana yang masih bau kencur harus dikorbankan demi kepentingan yang lebih senior. Agar yang senior tak mendapatkan sanksi berat.
Ada juga yang hobinya nguping alias mengintai pergerakan karyawan untuk kemudian dilaporkan ke atasan. Bahkan, agar laporan bagus, maka bisa jadi realitasnya diburuk-burukkan tak sesuai dengan kenyataan.
Saya juga sering dapat cerita (yang saya yakini kebenarannya) bagaimana untuk sampai di posisi tertentu, perjuangannya luar biasa. Intrik, saling menjelekkan, saling membuat pengaruh pada bawahan dilakukan agar bisa sampai posisi tertentu.
Bahkan, adu fitnah pun bisa terjadi untuk sebuah posisi. Penyingkiran orang tertentu pun harus dilakukan jika orang itu menghalangi cita-cita. Apalagi jika orang yang menghalangi cita-cita itu adalah orang baik-baik saja tanpa kuasa, maka akan sangat mudah untuk disingkirkan dengan bermacam argumen yang sudah disiapkan sedemikian rupa.
Hebatnya orang Indonesia bahwa semua itu tak terlihat dengan mudah. Saat terlihat dari luar, semuanya baik-baik saja. Ketika mereka saling sikut, tapi ketika di forum resmi tak terlihat bermusuhan. Wah itu, memang sudah kelas tinggi mentalitas dan daya kompetisinya.
Bagi yang baru bekerja atau akan masuk dunia kerja, jangan kaget dengan cerita ini. Pada satu saat nanti bisa jadi Anda akan masuk dalam pusaran saling sikut itu. Bisa jadi Anda yang menyikut teman, atau malah Anda yang disikut teman.
Sekali lagi, fenomena sikut-menyikut itu adalah realitas di dunia kerja. Maka, ketika sudah berhadapan dengan realitas segala hal, yang perlu disiapkan adalah mentalitas. Mereka yang memiliki mental baja cenderung bisa bertahan daripada mereka yang mengandalkan modal kepandaian. Maka, jangan heran ketika Anda punya teman yang saat sekolah memiliki nilai bagus, tapi keteteran di dunia kerja.
Mentalitas itu menurut saya salah satu contohnya adalah tak mudah menyerah. Terus berjuang. Berjuang adalah kata yang jadi pegangan. Bagaimana bertahan di semua kondisi, baik ketika ditugaskan di pos 'basah' atau 'kering' tetap berjuang dengan mentalitas sama. Jika Anda adalah orang yang percaya Tuhan, maka tinggal kuatkan mental dengan nilai-nilai religi.