Lihat ke Halaman Asli

Diagnosis dan Perawatan yang Tepat Saat Gejala Difteri Menyerang

Diperbarui: 1 Oktober 2018   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pakarinfo.com

Dokter biasanya memutuskan apakah seseorang menderita difteri dengan mencari tanda dan gejala umum difteri. Mereka dapat menggunakan cairan dari bagian belakang tenggorokan dan mengujinya untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan. Seorang dokter juga dapat mengambil sampel dari kulit dan mencoba menumbuhkan bakteri untuk memastikan pasien menderita gejala difteri.

Penting untuk memulai perawatan sesegera mungkin jika seorang dokter mencurigai adanya tanda tanda difteri, tanpa harus menunggu konfirmasi laboratorium. Di Amerika Serikat, sebelum ada pengobatan untuk difteri, setengah dari orang-orang penderita difteri tak terselamatkan dikarenakan oleh keganasannya.

Pengobatan Difteri Meliputi:

  1. Menggunakan antitoksin difteri untuk menghentikan racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri dari merusak tubuh
  2. Menggunakan obat-obatan (disebut antibiotik) untuk membunuh dan menyingkirkan bakteri
  3. Bahkan setelah memperoleh pengobatan, sekitar 1 dari 10 orang yang terkena difteri tak terselamatkan.

Pasien Difteri biasanya disimpan dalam ruang isolasi, sampai mereka tidak lagi menular - ini biasanya memakan waktu sekitar 48 jam setelah antibiotik diberikan. Setelah pasien selesai minum antibiotik, dokter akan menjalankan tes untuk memastikan bakteri tidak berada di tubuh pasien lagi.

Tanda-tanda dan Gejala Difteri

Ketika bakteri yang menyebabkan difteri masuk ke dan menempel pada lapisan sistem pernapasan, yang termasuk bagian tubuh yang membantu Anda bernapas, mereka menghasilkan racun (racun) yang dapat menyebabkan:

  1. Lemas
  2. Sakit tenggorokan
  3. Demam
  4. Kelenjar bengkak di leher

Racun dari bakteri tersebut mampu menghancurkan jaringan sehat dalam sistem pernapasan. Dalam dua hingga tiga hari, jaringan mati membentuk lapisan, tebal abu-abu yang dapat membangun di tenggorokan atau hidung. Lapisan abu-abu tebal ini disebut "pseudomembrane." Ini dapat menutupi jaringan di hidung, amandel, kotak suara, dan tenggorokan, sehingga sangat sulit untuk bernafas dan menelan.

Racun juga bisa masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal, dan saraf.

baca juga disini :https://pakarinfo.com/10-tanda-tanda-dan-gejala-difteri-yang-wajib-diketahui/

Jika kiranya terjadi gejala-gejala seperti diatas, maka segeralah hubungi dokter untuk referensi lebih jauh. Artikel ini ditujukan sebagai pengetahuan umum terkait bahaya dari bakteri tersebut. Semoga bermanfaat, mari kita jaga dan lindungi orang-orang tercinta disekitar kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline