Fenomena K-pop di Indonesia telah menciptakan komunitas penggemar yang sangat erat. Para penggemar K-pop, atau K-popers, tidak hanya menikmati musik dan konten Korea, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan seperti konser, fan club, dan komunitas online. Partisipasi aktif ini membentuk identitas kolektif yang kuat di kalangan penggemar. Mereka merasa memiliki ikatan yang kuat dengan budaya Korea dan sesama penggemar, yang pada gilirannya memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan berkomunikasi dengan para penggemar lain. Dengan kata lain, menjadi seorang K-popers telah menjadi bagian penting dari identitas banyak orang di Indonesia.
Globalisasi menjadi faktor pendukung bangkitnya Korean wave. Menurut (Sara M. Hamilton, 2008), globalisasi memiliki arti sebagai integrasi aspek ekonomi, budaya, politik, sosial, dan perkembangan teknologi maju yang memudahkan masyarakat untuk mempelajari berbagai jenis informasi. Salah satu aspek yang paling berpengaruh adalah aspek budaya negara dan negara lainnya. Salah satu budaya yang sedang tumbuh di Indonesia merupakan budaya pop Korea, atau yang akrab dikenal dengan Korean wave. Korean Wave atau Hallyu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan budaya pop Korea atau Hallyu. Korean wave ini mempengaruhi seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Globalisasi budaya pop Korea telah berpengaruh terhadap identitas lokal di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Namun, budaya pop korea ini bisa memberikan pengaruh positif bahkan bisa memberikan pengaruh negatif hingga mengancam identitas lokal di indonesia (Lisa A P, 2020).
Hallyu atau gelombang Korea, telah menjadi fenomena besar dalam industri hiburan global. Penyebaran budaya Korea ini dipengaruhi oleh peran penting media massa yang menyalurkan hiburan dan informasi terkait. Media massa, baik cetak maupun elektronik, berfungsi sebagai sarana utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa cetak, seperti majalah dan surat kabar, serta media elektronik, termasuk media online dan televisi, berkontribusi signifikan dalam memperkenalkan budaya Korea kepada khalayak luas di berbagai negara (Winda K, et al 2023).
Korean Wave membuat anak muda lebih suka K-Pop daripada artis lokal di Indonesia. Saat ini, beberapa dampak positif dari budaya Kpop terhadap karakter generasi muda di Indonesia, Saat ini, remaja mengalami berbagai dampak baik dan buruk. Faktor positif dari pesatnya kemajuan K-Pop ialah diantaranya K-Pop memengaruhi fashion di seluruh dunia, Beberapa remaja tertarik untuk belajar tentang budaya Korea dan meniru gaya berpakaian idola mereka. Memahami bagaimana seseorang melihat dan menilai dirinya adalah citra diri. Ini terkait dengan penampilan fisik dan persepsi orang lain terhadap kita. Menjadi lebih mudah bagi anak muda untuk berkembang secara kreatif berkat industri K-Pop Karena mereka sangat suka dengan idola mereka, mereka punya banyak teman dari berbagai tempat termasuk dari luar negeri. Contohnya, mereka belajar sendiri dan berani memulai usaha online yang menjual produk K-Pop seperti album K-pop, kosmetik, Skincare, photocard dan berbagai macam barang. Maka dari itu, seseorang bisa belajar mandiri melalui keuntungan dari berjualan online, Dapat berkomunikasi Dengan individu yang memiliki minat atau hobi yang serupa. Dampaknya, hubungan antar penggemar K-Pop cepat terjalin. Dapat Meningkatkan Semangat dan Motivasi, Hal ini bisa menjadi dorongan karena orang-orang yang menyukai budaya Korea akan secara alami tertarik untuk belajar bahasa Korea guna meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa asing.
Penggunaan batik di konser SMTOWN menjadi bukti nyata bahwa kita bisa mempertahankan identitas nasional di tengah arus globalisasi. Para penggemar K-Pop yang bangga mengenakan batik menunjukkan bahwa cinta terhadap tanah air tidak luntur. Berkat inisiatif promotor SMTOWN, pandangan masyarakat terhadap penggemar K-Pop diharapkan berubah. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa budaya Indonesia bisa bersanding dengan budaya asing, asalkan kita mau melestarikannya (Hasbi, 2023).
Minat anak muda Indonesia terhadap budaya K-Pop semakin tinggi sehingga mereka melupakan budaya lokal Indonesia yang juga populer. Menjaga keberagaman kebudayaan setempat adalah bagian dari semangat nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Jika generasi muda pun terpengaruh oleh budaya luar, maka sulit bagi budaya Indonesia untuk merambah ke kancah internasional dan dikenal oleh orang banyak. Tentu hal ini akan mempengaruhi sikap nasionalisme anak muda Indonesia. Anak muda Indonesia seharusnya memprioritaskan menjaga dan melestarikan budaya lokal daripada terpengaruh oleh budaya luar yang bisa merusak kebudayaan lokal. Sehingga, penting bagi mereka untuk tidak terlalu tergila-gila dengan budaya K-pop dan tetap memperhatikan keberlangsungan budaya tradisional Indonesia. Jika anak muda Indonesia terlalu berlebihan, dapat berpengaruh pada pembentukan mental remaja Indonesia, membuat mereka kehilangan jati diri dan melupakan budaya sendiri.
Salah satu pengaruh adanya budaya Korea pop seperti mengubah kebaya tradisional menjadi "crop top" ala Korea bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan budaya. Kebaya tradisional mempunyai nilai sejarah dan arti penting yang mencerminkan kearifan lokal. Dengan menggantinya menjadi crop top, mungkin kita tanpa sadar telah menghilangkan esensi dari kebaya itu sendiri. Kebaya lebih dari sekedar pakaian, ini adalah bagian dari identitas Indonesia. Penyalahgunaan ini dapat mengaburkan makna asli dan menghilangkan nilai sakral kebaya tradisional. Saat kita mengambil gaya dari budaya lain dan mencampurkannya dengan budaya kita, ada risiko identitas kita menjadi kabur. Kebaya crop top Korea bisa terlihat menarik, tapi dapat merusak nilai kebaya tradisional. Generasi muda yang terbiasa dengan fashion mungkin lebih familiar dengan kebaya yang sudah dimodifikasi, namun kurang memahami nilai sejarah dan budaya dari kebaya asli. Ini dapat menyebabkan turunnya nilai dari warisan budaya kita.
Pengaruh budaya K-pop terhadap generasi muda Indonesia adalah fenomena kompleks yang memberikan dampak positif dan negatif. Di satu sisi, K-pop membuka jendela dunia baru, memperluas wawasan, dan mendorong kreativitas. Namun, di sisi lain, adanya potensi hilangnya identitas nasional dan munculnya konsumerisme yang berlebihan harus menjadi perhatian. Penting bagi generasi muda untuk mampu menyaring informasi, menjaga nilai-nilai budaya lokal, dan membangun identitas diri yang kuat di tengah arus globalisasi.
REFERENSI
Hamilton, Sara M. (2009). Globalization. Minnesota: Abdo Consulting Group.
Hasbi (2023, November 1),"Wear your batik with pride" batik Indonesia berhasil mewarnai konser SMTown di Jakarta!. https://jurnalpost.com/wear-your-batik-with-pride-batik-indonesia-berhasil-mewarnai-konser-smtown-di-jakarta/61205/. (Dilihat pada tanggal 6 November).