Lihat ke Halaman Asli

Ilham Arsandi Firmansyah

Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Perempuan Kala di Batavia

Diperbarui: 6 September 2020   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak pelbagai etnis kumpul di Batavia yang berbeda hanya status ekonomi, jabatan, pekerjaan, tempat tinggal serta kesehatan, yang dapat menyatukannya hanyalah perempuan. Pada abad ke-18, jumlah dari laki-laki asing lebih banyak ketimbang dengan jumlah perempuan asing yang menyebabkan suatu lonjakan dari laki-laki yang bermigrasi hanya menyalurkan nafsu kebutuhan seksual dengan banyak perempuan disetempat. 

Populasi dari laki-laki melonjak mencapai 56% di Batavia, dan jumlah laki-laki disetiap etnis sudah meningkat dan sebagian kecil dari mereka mencari pasangan di luar kelompok etnis. Tetapi, beberapa perempuan yang memasuki Batavia dapat membantu para lelaki yang beradabtasi serta memberikan pengaruhnya yang konstan kepada anak-anak. Dengan demikian bahwa perempuanlah yang berjasa dalam membentuk suatu kebudayaan Batavia.

Pada abad ke-19, sebagian dari laki-laki Eropa maupun Cina tidak menikah dengan perempuan Indonesia, karena mempunyai hubungan seksual dengan mereka dan hubungan seks di luar nikah serta pergundikan bahkan lazim pada masa itu. Prostitusi tumbuh dan terkendali.

Perempuan-perempuan Indonesia mempunyai hubungan yang stabil dan mudah berpengaruh dengan memperkenalkan tradisi-tradisi Indonesia. Seperti Nyai yang mendapatkan kekayaannya dari status hubungan sosial dengan menikahi laki-laki Eropa maupun Cina.

Walaupun mereka tidak bisa menikahi tuannya masing-masing atau memaksa keluar dari pekerjaan sebagai pelayan ketika tuan rumahnya kembali ke Indonesia, menikah lagi di tempat lain ataupun diberhentikan karena mengandung anak dari orang lain. Maka dari itu, Nyai mendirikan bisnis baru atau mencari suami dari etnis lainnya serta memperkenalkan gaya hidup yang baru yang didapatkan dari pergundikan.

Selain hubungan seksual, para rumah tangga orang-orang Cina dan Eropa yang kaya akan mencari budak ataupun pelayan di luar kelompok etnisnya. Karena para pelayan ini dapat memberikan pengaruh sosial yang cukup besar apalagi diposisikan sebagai tukang jahit, juru masak, dan mengasuh anak majikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline