Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ilham Saputra

Pencinta Sepak Bola

Berhentilah Menjadi "Pusat Alam Semesta"

Diperbarui: 3 Januari 2020   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Manusia memiliki perasaan dan akal. Itulah berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Kedua hal tersebut merupakan hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya.

Perasaan atau emosi timbul ketika manusia mengalami suatu keadaan. Reaksi yang keluar dalam menanggapi keadaan tersebut bisa berbagai macam antara sedih, senang, marah, dan lain-lain.

Emosi tersebut membangun sikap manusia dalam mengambil suatu keputusan entah negatif maupun positif. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa faktor emosi atau perasaan menjadi salah satu 'perangkat' dalam suatu keputusan. 

Ketika manusia senang, ia akan mengambil segala keputusan dengan kepala dingin dan bahagia. Ketika manusia sedih, ia akan mengambil segala keputusannya sesuai dengan apa yang ia alami saat ini.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin membicarakan mengenai kesedihan. Kesedihan adalah suatu perasaan atau keadaan yang dialami oleh seorang manusia kala ia mengalami masalah yang terjadi kepada dirinya. Orang tersebut akan mengalami suatu keadaan yang sangat berat bagi dirinya. Ia akan merasa semua hal nya tidak berpihak kepada dirinya, semua orang tidak ada yang mau menemani dirinya, dan semuanya akan terasa salah di matanya.

Pada sesi tersebut, orang tersebut akan mengatakan bahwasanya dirinya adalah 'The Saddest Man/Woman on Earth'. Ia akan mencoba untuk menyendiri dan menyalahkan dirinya terus menerus. 

Saya tidak menyalahkan orang yang merasa seperti itu karena saya pun juga pernah mengalami posisi tersebut. Namun, semakin bertambahnya umur dan mengalami beberapa kejadian yang dimana hal tersebut menjadikan saya semakin kuat. 

Saya berpendapat bahwasanya berhentilah untuk merasa seperti orang yang sangat sedih. Orang-orang yang mengalami hal tersebut menjadikan dirinya sebagai pusat alam semesta. Ia merasakan bahwasanya semuanya harus tertuju dan sejalan dengan apa yang ia inginkan.

Semesta tidak hanya miliki engkau seorang wahai sahabat. Coba berdamai dengan diri terlebih dahulu lalu berdoa. Tuhan selalu bersamamu sedangkan Semesta tidak milik engkau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline