Artificial Intelligence merupakan robot kecerdasan buatan sebagai bentuk perkembangan teknologi yang semakin berkembang secara signifikan dan mempermudah kehidupan manusia, salah satunya seperti kemudahan dalam pencaharian informasi. AI sebagai kecerdasan buatan apabila digunakan dengan bijak akan sangat berpengaruh positif. Namun, bagaimana dengan pengguna yang tidak bijak dalam menggunakannya?. Tentu ini menjadi tantangan yang mesti dihadapi, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial karena akan berdampak buruk diberbagai aspek.
Kecerdasan buatan manusia yang umum digunakan di kalangan mahasiswa, yakni ChatGPT, Perplexity, dan Scooler. Ketiga AI ini mampu membantu secara ampuh dalam menggali informasi dengan cepat, bahkan yang sulit ditemukan pun juga dapat dianalisis oleh AI tersebut. AI dirancang berdasarkan keinginan manusia dan bergantung pada data atau sumber yang ada pada internet. Rancangan ini memberikan pandangan bahwa apa yang dilampirkan atas pencaharian pada AI didapatkan melalui berbagai sumber data dan informasi yang berada di internet, kemudian diolah juga berdasarkan keinginan pengguna.
Pengguna yang bijak akan memiliki hasil positif, baik peningkatan pada kemampuan kritis dan inovatif. Peningkatan tersebut tentu diterima melalui strategi tepat, karena tidak hanya sekedar mencari tahu, tetapi juga kaji lebih mendalam terhadap apa yang diterima. Mengenai pengguna yang tidak bijak, tentu memiliki hasil sebaliknya. Berdasarkan apa yang terjadi, tindakan yang tidak bijak dalam memanfaatkan AI biasanya dilakukan hanya sekedarnya saja tanpa observasi yang kritis dan efisien, dan hanya mengandalkan apa yang didapatkan.
Diketahui salah satu contoh kasus ketidakbijakan adalah mahasiswa yang terlalu bergantung pada AI, terutama dalam penyelesaian tugas kuliah. Kebanyakan dari mahasiswa memanfaatkan AI ini untuk mempermudah, dan ini berbahaya sebab ketergantungan pada AI akan menurunkan kemampuan dalam berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Memang AI sebagai kecerdasan buatan sangat membantu mahasiswa, bukan berarti melatih untuk berpikir kritis, melatih dalam menganalisis masalah, mencari sebuah solusi, maupun melatih untuk berinovasi.
Mahasiswa harus mampu memahami materi pembelajaran secara konseptual, dan sudah menjadi tuntutan bagi mereka untuk menerapkan. Akan tetapi terjadinya kemunduran dalam mencapai tujuan tersebut akan kemunculan kecerdasan buatan ini. Kerugian ini tidak hanya berlaku bagi mahasiswa, tetapi juga pada dosen. Dosen akan kesulitan dalam evaluasi bagaimana perkembangan mahasiswa atas pembelajaran. Apalagi banyak ditemukan plagiarisme yang ditemukan. Ini disebabkan karena mahasiswa yang hanya mencari dan menyalin jawaban dari AI. Bukannya memahami pembahasan, malah sekedar menyalin apa yang didapatkan.
Begitu pentingnya mengingatkan mahasiswa bahwa gunakan AI sebagai alat bantuan dalam meraih informasi, bukan sebagai alat utama untuk menyelesaikan masalah. Pemanfaatan yang bijak tentu bernilai positif, tidak bijak memanfaatkan akan bernilai negatif dan merugikan diri sendiri. Demi perkembangan, manfaatkan Artificial Intelligence dengan bijak dan jauhi tindakan plagiarisme. Hal ini karena tindakan plagiarisme merupakan bentuk pelanggaran etika dan memiliki konsekuensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H