Lihat ke Halaman Asli

Debat Kamala Harris vs Donald Trump: Strategi, Kontroversi, dan Pengaruh Terhadap Pemilu AS 2024

Diperbarui: 19 Oktober 2024   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pemilu AS 2024 menjadi salah satu momen paling dinantikan di dunia, terutama terkait dengan peran krusial Wakil Presiden. Kamala Harris, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden, menghadapi Donald Trump, mantan Presiden yang kontroversial. Debat antara keduanya bukan hanya menarik perhatian warga AS, tetapi juga dunia internasional, mengingat pengaruh besar Amerika Serikat terhadap kebijakan global. Polarisasi politik di AS semakin terlihat jelas, menciptakan garis tegas antara dua kubu, yang masing-masing menawarkan visi dan pendekatan yang sangat berbeda.

Profil Kandidat

Kamala Harris adalah sosok yang dikenal sebagai pejuang hak-hak sipil dan advokat untuk inklusivitas. Pengalaman panjangnya sebagai Jaksa Agung dan Senator memberikan bekal kuat untuk mengusung kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial, reformasi imigrasi, dan perbaikan ekonomi. Harris juga dikenal sebagai pendukung utama Obamacare, dengan janji memperkuat akses kesehatan untuk semua warga Amerika.

Di sisi lain, Donald Trump membawa warisan kebijakan "America First" yang pernah ia gaungkan selama menjabat sebagai Presiden AS. Kebijakan ekonomi yang proteksionis, disertai dengan sikap keras terhadap imigrasi, menjadi senjata utama Trump dalam menarik dukungan. Dia kembali mencalonkan diri dengan janji untuk membersihkan "kekacauan politik" di Washington, meskipun masa pemerintahannya sebelumnya penuh dengan kontroversi.

Isu Kunci dalam Debat

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Ekonomi dan Pekerjaan menjadi salah satu tema terpanas dalam debat ini. Harris menekankan pentingnya membangun ekonomi yang inklusif, yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang kaya, tetapi juga kelas pekerja. Dia menyoroti upaya pemerintahan Biden dalam memperluas lapangan pekerjaan pasca-pandemi, terutama di sektor energi hijau. Sebaliknya, Trump mengkritik kebijakan ini sebagai ancaman bagi industri minyak dan gas, serta mengusulkan pemotongan pajak untuk perusahaan besar sebagai cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Luar Negeri menjadi perdebatan lain yang tak kalah sengit. Trump berjanji untuk memperkuat hubungan dengan sekutu lama seperti Israel, sekaligus mempertahankan sikap keras terhadap China. Harris, sementara itu, menekankan pentingnya diplomasi dan pendekatan multilateral, termasuk dalam mengatasi perubahan iklim global.

Isu Sosial seperti hak imigrasi dan kesetaraan ras juga menjadi sorotan. Harris, yang memiliki latar belakang sebagai keturunan Afrika-Amerika dan Asia, menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan keadilan sosial. Sementara itu, Trump mengkritik pendekatan ini sebagai bentuk "kelemahan" yang mengancam keamanan nasional.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline