Lihat ke Halaman Asli

Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja: Ketika Work-Life Balance Dijadikan Alasan

Diperbarui: 12 Oktober 2024   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Perilaku Menyimpang Karyawan: Ketika Work-Life Balance Menjadi Alasan Produktivitas Menurun

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah work-life balance telah menjadi konsep yang sangat diperjuangkan di dunia kerja modern. Banyak perusahaan mulai mengadopsi kebijakan yang mendukung keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Tujuannya adalah untuk menjaga kesejahteraan karyawan serta mencegah burnout. Namun, di balik implementasi kebijakan ini, terdapat fenomena yang lebih kompleks: penyalahgunaan konsep work-life balance sebagai alasan untuk tidak memenuhi tanggung jawab dengan baik, atau lebih dikenal sebagai "perilaku menyimpang karyawan."

Fenomena ini, di mana karyawan menggunakan alasan "tekanan kerja" atau "keseimbangan hidup" untuk menutupi penurunan kinerja, semakin menjadi perhatian dalam beberapa studi tentang manajemen sumber daya manusia. Penelitian yang diterbitkan oleh Serenko (2024) menunjukkan bahwa perilaku seperti ini telah ada selama beberapa dekade, meskipun istilah-istilah seperti quiet quitting baru populer belakangan ini(emerald).

 

Work-Life Balance: Mencari Keseimbangan atau Pembenaran?

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pada awalnya, work-life balance merupakan respons terhadap kebutuhan yang sah dari karyawan untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang mampu menjaga keseimbangan ini cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan produktivitas yang lebih stabil. Sebagai contoh, menurut Cowart, Gilley, dan Avery (2014), keseimbangan kerja yang baik berkaitan erat dengan peningkatan keterlibatan karyawan dan berkurangnya turnover(researchgate).

Namun, beberapa karyawan menggunakan istilah ini untuk menutupi perilaku tidak produktif atau "malas-malasan." Karyawan semacam ini sering kali enggan mengambil tanggung jawab tambahan atau menolak bekerja lebih keras dengan dalih menjaga work-life balance. Fenomena ini sering terlihat dalam bentuk quiet quitting, di mana karyawan hanya melakukan pekerjaan minimal sesuai deskripsi jabatan tanpa berusaha lebih(emerald).

Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline