Revolusi Keuangan Terdesentralisasi
Decentralized Finance (DeFi) saat ini menjadi salah satu inovasi paling menarik di dunia teknologi keuangan. DeFi memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan keuangan tanpa melalui perantara seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Dengan hanya memanfaatkan teknologi blockchain, siapa saja dengan koneksi internet dan dompet digital dapat berpartisipasi dalam layanan keuangan seperti pinjaman, pertukaran aset, hingga investasi kripto (beincrypto)(blog.ultima-business).
Di Indonesia, konsep DeFi semakin dikenal, terutama di kalangan generasi muda dan tech-savvy. Popularitas DeFi tidak lepas dari kemudahan akses yang ditawarkannya. Namun, di balik berbagai manfaatnya, muncul keresahan tentang keamanan. Apakah DeFi benar-benar aman? Sejauh mana risiko yang mengintai bagi pengguna yang kurang memahami teknologinya?
Risiko Smart Contracts dan Keamanan Digital
Salah satu pilar utama dari DeFi adalah penggunaan smart contracts---kode yang secara otomatis menjalankan transaksi di blockchain tanpa memerlukan perantara manusia. Meskipun terlihat canggih, smart contracts rentan terhadap serangan jika terdapat kesalahan dalam penulisannya. Banyak kasus peretasan di platform DeFi terjadi karena adanya kelemahan dalam smart contracts, yang dapat dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (moneynesia)(blog.ultima-business).
Pada 2022 saja, tercatat lebih dari $1 miliar aset kripto hilang akibat peretasan di platform DeFi (moneynesia). Ini menunjukkan bahwa meskipun DeFi menawarkan kebebasan finansial tanpa perantara, risiko keamanan digital masih menjadi tantangan besar. Bagi banyak pengguna di Indonesia yang belum sepenuhnya memahami teknologi blockchain, hal ini menjadi sumber kekhawatiran yang sah.
Peningkatan Literasi dan Pengamanan Digital
Untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan oleh pengguna DeFi: