Seperti sunyi yang tak terucap,
Asap mengepul, membawa kisah,
Lembar waktu yang kusisipkan di cangkirku.
Setiap teguk adalah bait-bait kerinduan,
Hangatnya mengalir hingga jiwa,
Mencairkankan rindu yang membeku,
Menghidangkan rasa yang tak tersurat.
Puisiku lahir di aroma kopi hitam yang harum wangi,
Di antara bisikan sore dan denting waktu,
Kata-kata mengalir seperti sruputan kopi hangat,
Mengisi ruang yang kosong di jiwa.
Mega merah menghadirkan rasa membara,
tanpa rasa iba kuteguk si hitam,
berlarian awan menunjukkan kegelisahan rindu,
seteguk kopi melerai rasa emosimu.
Kopiku, saksi bisu harapanku,
Bersama sunyi, kita menyulam cerita filantropi,
Dalam gelap cairmu, ada terang,
Dalam pahitmu, kutemukan manisnya makna.
Ilham Adli
17.40
Rabu, 18 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H