Lihat ke Halaman Asli

Ilham Adli

kaum proletariat

Peringatan Hari Santri: Kolaborasi Sosial PAC GP Ansor Arjasa, Pemerintah dan BAZNAS dalam santunan kaum Duafa dan Khitan Massal

Diperbarui: 5 November 2024   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi asli

Sumber: https://www.facebook.com/share/p/QjjHg2SvgngqMcSQ/

sumber gambar: https://www.facebook.com/share/p/QjjHg2SvgngqMcSQ/

Pada hari Rabu, 30 Oktober 2024, PAC GP Ansor Arjasa dengan dukungan penuh pemerintah Arjasa dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) menyelenggarakan sebuah acara yang menandai peringatan Hari Santri. Lebih dari sekadar perayaan, acara ini adalah refleksi mendalam tentang makna kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan keadilan yang termanifestasi dalam tindakan nyata. Dimulai pukul 07.00 WIB, acara dibuka dengan lantunan sholawat yang menggema di tengah hadirin, menandakan bahwa peringatan ini tak hanya bersifat ritual, tetapi juga menyelami esensi spiritual yang membangkitkan kesadaran kolektif. Sholawat yang mengalun bukan sekadar suara, melainkan simbol keterhubungan manusia dengan nilai-nilai yang lebih tinggi, memadukan aspek spiritualitas dan tindakan sosial dalam harmoni yang indah.Sambutan dari perwakilan PAC GP Ansor Arjasa, pemerintah dan BAZNAS yang mengawali acara ini bukan hanya sekadar pidato formal, tetapi sebuah deklarasi tentang makna kolektivitas dan tanggung jawab sosial. Dalam perspektif filosofis, sambutan ini menggambarkan bagaimana manusia, sebagai makhluk yang memiliki kapasitas rasional dan moral, memiliki kewajiban untuk tidak hanya berpikir tentang kesejahteraan pribadi, tetapi juga memikirkan kepentingan kolektif. Setiap kata yang disampaikan mencerminkan keyakinan bahwa keadilan dan kebaikan hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi dan solidaritas, di mana setiap individu berperan sebagai bagian dari jaringan sosial yang lebih besar.

Inti dari peringatan ini mencakup dua kegiatan utama yang mendalam: pemberian santunan kepada kaum duafa dan khitan massal gratis. Dari perspektif etika, pemberian santunan kepada kaum duafa bukan hanya sebuah tindakan amal, melainkan wujud dari prinsip keadilan sosial dan cinta kasih yang mencerminkan idealisme moral. Ini adalah pengakuan bahwa kaum yang paling rentan dalam masyarakat memiliki hak untuk diakui dan didukung, sejalan dengan konsep keadilan distributif yang ditekankan dalam teori-teori etika Aristotelian dan teori keadilan John Rawls. Pemberian santunan ini melambangkan empati sebagai fondasi dari tindakan sosial yang berbudi, di mana masyarakat tidak lagi melihat ketidakmampuan sebagai stigma, tetapi sebagai panggilan untuk memperkuat tali persaudaraan.

Program khitan massal gratis yang diselenggarakan bukan sekadar layanan medis, tetapi sebuah pengukuhan terhadap hak-hak anak dalam konteks kesehatan dan martabat manusia. Dalam filsafat hak asasi manusia, hal ini mencerminkan pemenuhan kebutuhan mendasar individu tanpa diskriminasi. Dengan program ini, GP Ansor dan pihak-pihak yang terlibat mengokohkan gagasan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perawatan yang layak, tanpa memandang status ekonomi keluarganya. Khitan ini bukan hanya memenuhi aspek medis, tetapi juga mengandung dimensi budaya dan keagamaan yang memperkuat identitas santri sebagai penjaga tradisi sekaligus pelaku kebajikan.

Dampak dari acara ini tak terbatas pada momen di mana bantuan dan layanan diberikan, tetapi meluas ke penguatan ikatan sosial dan kepercayaan antarindividu dalam masyarakat. Kaum duafa yang menerima santunan tak hanya merasa terbantu secara ekonomi, tetapi juga dihargai martabatnya, mengingatkan kita akan prinsip keadilan yang harus melampaui batasan materi. Khitan massal menjadi tanda bahwa masyarakat dan pemerintah peduli terhadap kesejahteraan generasi penerus, menunjukkan komitmen nyata terhadap pemeliharaan hak-hak dasar anak.

Pentingnya kolaborasi dalam acara ini menjadi cermin dari prinsip-prinsip filosofis yang mengedepankan peran negara dan organisasi masyarakat dalam mewujudkan kebaikan bersama. Dukungan dana dari pemerintah menegaskan bahwa tanggung jawab sosial tidak hanya dimiliki oleh komunitas, tetapi juga oleh negara sebagai entitas yang seharusnya melindungi dan melayani warganya. Sementara itu, peran PAC GP Ansor Arjasa sebagai pelaksana utama menunjukkan bahwa organisasi berbasis komunitas mampu menjadi katalisator perubahan sosial, memperkuat peran masyarakat sipil dalam memajukan keadilan sosial.

Peringatan Hari Santri yang diselenggarakan dengan nuansa kebersamaan ini mengandung makna filosofis yang dalam. Santri, dengan segala kesederhanaan dan dedikasinya, bukan hanya representasi dari kelompok tertentu, tetapi simbol dari upaya manusia untuk terus belajar, memperjuangkan nilai-nilai kebaikan, dan menegakkan keadilan di tengah dinamika zaman. Acara ini mengingatkan kita bahwa spirit santri adalah spirit pengorbanan dan solidaritas, semangat untuk menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, serta keberanian untuk bertindak demi kebaikan yang lebih luas.

Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi inspirasi untuk terus menumbuhkan aksi-aksi serupa di masa depan, membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran aktif dalam membangun lingkungan sosial yang adil dan sejahtera. Semoga peringatan Hari Santri ini menjadi pengingat bahwa kebajikan sejati tidak hanya hidup dalam kitab-kitab suci atau retorika, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang membawa perubahan bagi mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, Hari Santri bukan hanya sekadar perayaan, tetapi sebuah panggilan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline