Dalam era modern, teknologi telah berkembang pesat untuk membantu kehidupan manusia, terutama dalam aktivitas sehari-hari. Di bidang pertanian Indonesia, sebagian besar petani masih menggunakan metode konvensional dan belum memanfaatkan teknologi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap informasi dan kurangnya literasi teknologi, yang membuat petani kita tertinggal dibandingkan dengan negara lain.
Di beberapa daerah, mulai dikembangkan penerapan teknologi untuk membantu proses pertanian dari penanaman hingga panen, dikenal dengan istilah smart farming menggunakan sistem Internet of Things (IoT). Dengan sistem ini, petani dapat memantau dan mengontrol berbagai aspek di lahan pertanian mereka.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang tidak menentu serta meningkatnya kebutuhan pangan, teknologi IoT hadir sebagai inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan mengatasi masalah pertanian, sekaligus memberi dampak positif bagi lingkungan. Misalnya, penerapan IoT memungkinkan pemantauan parameter penting seperti kelembaban tanah, suhu udara, tingkat pH, dan kandungan unsur hara tanah. Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan rekomendasi yang tepat bagi petani.
Penerapan IoT di sektor pertanian telah memberikan hasil positif dan signifikan bagi para petani di berbagai wilayah Indonesia. Dengan sistem ini, hasil panen dapat meningkat hingga 40% sambil menghemat penggunaan air dan pupuk. Salah satu contoh penerapan nyata adalah di lima sentra pertanian di Jawa Barat, di mana tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Kementerian Pertanian mulai menerapkan teknologi IoT pada awal 2024. Sistem ini mengintegrasikan berbagai sensor pintar untuk memantau kondisi tanaman secara real-time. Menurut Dr. Budi Santoso, ketua tim peneliti ITB, "Dengan teknologi IoT, petani bisa memantau kelembaban tanah, suhu, dan kondisi tanaman melalui smartphone. Sistem ini akan memberi notifikasi waktu yang tepat untuk penyiraman atau pemupukan."
Namun, tantangan masih ada, seperti keterbatasan infrastruktur internet di pedesaan dan biaya peralatan yang tinggi bagi petani. Oleh karena itu, dukungan pemerintah diperlukan, baik dalam pengembangan infrastruktur maupun subsidi untuk peralatan IoT. Dengan demikian, di masa depan, pertanian berkelanjutan di Indonesia diharapkan dapat berkembang dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H