Sehubungan dengan postingan saya di Instagram (tagorenata Diningrat), pesan ini saya posting terkait kejadian yang dialami anak saya di Grab Indonesia di Distrik Kakung, Tonanda pada tanggal 26 April 2022.
Setelah berita ini dimuat di media sosial, Grab Indonesia segera merespon dan menghubungi kami pada tanggal 27 April 2022 dari Bapak Reka Gayantika (Head of Supply Management di Grab Indonesia).
Tim kemudian menemui anak-anak saya (Tagalski Tonanda dan Amanda) dan langsung meminta maaf dan mengatakan akan mengambil tindakan tegas terkait kejadian tersebut.
Dalam hal ini kami sekeluarga menyambut dan menerima fast food serta berkah dari Grab Indonesia. Saya berharap kejadian ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa penting untuk mengedukasi semua orang yang terlibat, khususnya Grab Indonesia yang merupakan perusahaan besar. Menghadapi situasi seperti yang dialami anak saya, di satu sisi kita punya keterbatasan, tapi di sisi lain kita juga punya kelebihan, sama seperti semua manusia ciptaan Tuhan, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Diskriminasi terhadap Tuli di tempat kerja kembali terjadi. Kali ini melawan Tonanda, anak suami Amanda Fariani, pada 26 April 2022 di salah satu kantor Grab Indonesia.
Saya meminta Pak Tonanda untuk mengajari saya kronologi Bahasa Isyarat Indonesia dan membagikannya di Instagram. Setelah beberapa jam, saya menerima banyak permintaan untuk menerjemahkan timeline ini ke dalam Bahasa lisan Indonesia agar penonton yang mendengarkan dapat memahaminya.
Tonton video terjemahannya di bawah ini, semoga manajemen Grab Indonesia dapat meningkatkan layanannya bagi penyandang disabilitas dan menjadi salah satu perusahaan inklusif di Indonesia.
Jika diskriminasi ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang penyandang disabilitas Tuli dan bahasa isyarat, kini sudah banyak platform yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini termasuk Parakerja, yang dapat mendukung perusahaan yang menyediakan layanan bagi penyandang disabilitas dan pembelajaran Bahasa Isyarat Indonesia. Di Parakerja, kami siap bekerja sama dengan Anda untuk mencari solusi permasalahan ini.
Sebulan yang lalu, saya mencoba mendaftar untuk melamar pekerjaan kelompok untuk mencari penghasilan tambahan, karena saya mendapatkan efek sebaliknya. Saya sudah menunggu mungkin sebulan gan, untuk mendapat undangan wawancara dengan EyePillow, tapi itu salah karena sekarang mereka menggunakan skrip yang ditulis oleh semua orang.
Hal ini sesuai dengan apa yang harus saya tulis tentang menunggu uang seolah-olah bos akan bangun. Saya menunggu untuk melepas maskara saya sebelum malam daripada menggunakan masker, tapi dia melakukannya.
Jika Anda mengatakan demikian, petugas keamanan akan melepas topeng Anda atau langsung bertanya kepada teman Anda apakah mereka boleh mengambil foto. Tapi kalau 100%, apa yang kamu katakan saat berbicara?
Misalnya saya punya teman yang menerima sikap yang dikirimkan kepadanya karena agamanya. Bagaimana jika sikap buruk itu masuk begitu saja dan saya mengikuti mereka ke dapur dan bergabung dan kami bisa bertemu setelahnya? Seseorang ada di sana demi uang.
Tahun Lagi di bawah ini saya bertemu dengan bagian kepala yang seharusnya membuat saya sampaikan rasa atau ditulis Ketika saya tinggal di mana Tinggal di mana? uang kemudian mereka minta untuk membacanya karena saya bisa membacanya kemudian mendengarkan ucapkan saya merasa nggak beres tapi ternyata diingat seperti ini dan kemudian mengatakan apa-apa sebesar 300 bulan banget tahu dalam Anda.
Ini sesuatu yang benar atau mungkin itu 350 merasakan akibat menerima uang untuk tidak tahu untuk mengatakan mengatakan ucapan terima kasih ceritanya banget penerapan bisa selalu semua orang benar, tetapi kita bisa membuat barang dengar kamu itu sama-sama sekarang dan jangan sampai lebih banyak lagi orang-orang punya menganggur kena untuk nonton kalau dengan perjalanan ini kan kita perlu evaluasi dan tujuan dari suara terbuka ini dibuat.
Surya mengatakan seperti kalian sudah melihat video tentang Interprentasi Kronologi Diskriminasi Tonanda dan Amanda oleh Grab Indonesia, sebenarnya itu merupakan PR kita untuk Indonesia PR yang dimaksud adalah kejadian ini sudah sering terjadi tidak hanya perusahaan tersebut tetapi juga Universitas, Bank, Pasar, Pelayanan, Umum lainnya. Dan masih banyyak orang belum memahami etika menghadapi orang Tuli dan Hard of Hearing oleh karena itu sikap AUDISM akhirnya terjadi karena minim pemahaman.
Surya seringkali mengalami kejadian AUDISM dari orang. Contohnyya di Bandara ataupun Bank seringkali ketemu Security. Jika ada security yang beretika, atau ada juga security yang tidak beretika, salah satu contoh security beretika adalah ketika bertemu Tuli dan Hard of Hearing.
Selalu pakai tulis da nada beberapa pakai bahasa isyarat dasar, contoh security yang tidak beretika adalah memaksa kalian berbicara kesulitan memahami berbasis mendengar dan apakah kalian bisa baca bibir (tidak bertanya apa kenyamanan komunikasi individu).
Ada satu kejadian yang pengalaman tidak baik seseorang tersebut tidak mau melayani Surya (karena tidak bersuara) tentu saja membuat Surya murka dan menggunakan privilege Surya dengan bersuara tanda Suryya tidak terima secara respon orang tersebut berubah menjadi baik mendadak dan mau melayani Surya dan dia bertanya apakah bisa dibantu secara simple surya bilang tulis dan akhirnya mau melayani surya dengan tulisan.
Contoh ada lain jika surya bertemu seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Emtah S2 atau S3. Surya menjelaskan ke beliau dengan dukuungan JBI (Juru Bahasa Isyarat) mengenai seputar dunia Tuli dan Hard of Hearing dan bahasa isyarat,, dia terlihat kurang menyimak dan melihat surya seperti (kurang pendidikan)
Kemudian Surya sampaikan ke teman-teman dengan yang paham dunia Tuli Hard of Haering dia sampaikan ulang seperti Surya sampaikan, tidak langsung dia berubah dan mau menyimak dan banyak bertanya kepada teman dengar Surya dari situ Surya berpikir Surya yang sensitif tetapi sadar menang sikap dia itu mendiskriminasi dia lebih menerima pendapat orang dengar disbanding Tuli dan Hard of Hearing padahal ide kami sama persis dari situ Surya tidak bisa menyalahkan orang tersebut mungkin dia lebih nyaman sama-sama orang dengar dari pada orang Tuli dan Hard of Hearing artinya kemungkin orang tersebut tidak pernah bertemu Tuli dan Hard of Hearing atau tidak diekspos tentang dunia Tuli dan Hard of Hearing oleh karena itu, Surya makin berhati-hati untuck bertemu orang dengar apalagi belum pernah bertemu teman Tuli dan Hard of Hearing.
Jika ada oeang tidak pernah belajar bahasa isyarat atau belum paham dunia Tuli dan Hard of Hearing. Surya referensikan Deaf Ally untuk edukasi kecuali kalian Tuli dan Hard of Hearing memilikii strategi dan mental baik menghadapi orang seperti itu. Surya beberapa kali tidak berhasil membujuk orang dengar untuk memahami dunia Tuli dan Hard of Hearing, jadi kenapa masalah masih banyak orang belum beretika ketika bertemu Tuli dan Hard of Hearing sampai mendiskriminasi itu terjadi karena mereka tidak tahu karena system pendidikan di Indonesia yang eksklusif
Mari kita lihat, apakah ada kelas bahasa isyarat di sekolah umum ia tidak semua ada kan. Hanya saja di sekolah umum menjelaskan jika orang tidak dengar artinya apa tetap tidak mengajarkan bagaimana cara beretika bertemu Tuli dan Hard of Hearing sebelumnya.
Surya masuk sekolah SMP-SMA umum dan tidak ada pembahasan tentang etika bertemu Tuli dan Hard of Hearng, Netra, begitu juga pas masuk kuliah di Indonesia Surya mengobrol dengan teman-teman pakai bahasa isyarat ada mahasiswa baru menghampir kami dan mempertanyakan komunikasi kami Surya sampaikan bahwa kami pakai bahasa isyarat. (kutanya dia, apakah dia pernah bertemu Tuli dan Hard of Hearing sebelumnya.
Ia merespon Surya pertama dan ketemu, bagi Sura itu merupakan sebuah masalah sebaiknya orang dengar diperkenalkan dunia Tulli dan Hard of Hearing atau bertemu Tuli dan Hard of Hearing sejak usia anak-anak jika tidak pernah berinteraksi, maka aka nada cangguung nantinya Surya kurang tahu tapi lihat lokasi sekolah yang asa program Tuli kalian.
Lokasinya eksklusif tidak ada sekolah umum di sebelah maka pelajar dengar tidak tahu existence orang Tuli dan Hard of Hearing ketidaktahuan mereka tentang orang Tuli Hard of Hearing sangat berisik menimbulkan sikao AUDISM suatu saat
Jika mereka bertemu Tuli dan Hard of Hearing lebiih dini maka sikap mereka akan lebih ramah, banyak sekali orang dengar tidak mendapatkan kesempatan bertemu Tuli dan Hard of Hearing dan belajat bahasa isyarat melalui pendidikan formal, jadi kita mau tidak atau mau harus mengadvokasi tidak hanya teman tuli saja yang mengadvokasi tetap Deaf Ally dan teman dengan juga yang menadvokasi supaya system di indonesia berubah dengan mendorong pembuat kebijjakan supaya ada kelas bahasa isyarat banyak sekali PR kita. Artinya perjuangan ini dilakukan seumur hidup hingga ajal menjemput kita semua terus melakukan edukasi kalian tetap semangat ke Tonanda dan ke Amanda tetapi semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H