Lihat ke Halaman Asli

Ilham Marasabessy

Dosen/Peneliti

Pendekatan Citizen Science dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut

Diperbarui: 30 Juli 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Destinasi wisata bahari Raja Ampat Piaynemo, Sumber foto; Koleksi pribadi, 2023 

Memahami Kawasan Konservasi Laut (KKL) perlu dilakukan secara komprehensif dan holistik, hal ini berkaitan dengan upaya pengelolaan sekaligus pemanfaatan keanekaragaman hayati pada kawasan laut yang dilindungi. Kawasan ini merupakan bagian dari wilayah laut yang dilindungi berdasarkan zonasi, sesuai batas dan aturan tertentu terkait aktivititas yang berlangsung di dalamnya. 

Dalam melaksanakan mekanisme perlindungan itu, terdapat ketentuan yang disepakati dan diatur secara resmi/tertulis maupun tidak tertulis berdasarkan kesepahaman nilai-nilai adat maupun budaya lokal yang mengikat setiap komponen dalam kawasan untuk melakukan upaya perlindungan sumberdaya laut. 

Selain memiliki batas dan aturan yang jelas dalam mengatur zonasi pemanfaatan ruang dalam eksplorasi sumberdaya seperti; zona penangkapan dan budidaya ikan, industri, pertambangan, migas, transportasi laut dan pariwisata bahari. Kawasan Konservasi Laut beraviliasi dan mewakili suatu zona tertentu dalam kawasan laut dengan nilai ekosistem, keanekaragam hayati dan adat budaya yang tinggi, seperti; menjadi habitat biota laut endemic, ruaya mamalia laut, tempat bertelur spesies terancam punah menjadi tempat dengan sejarah budaya tertentu yang dipercaya oleh masyarakat local kesakralannya dan telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama.  

Selain pengetahuan ekologi, pemahaman dalam konteks sosial dan budaya pada Kawasan Konservasi Laut merupakan bagian penting yang perlu dilakukan, hal ini karena masyarakat lokal dalam kawasan merupakan faktor kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. 

Keberadaan masyarakat lokal sebagai pemilik dan pemanfaat sumberdaya umumnya telah lama terjalin, harmonisasi sosial dan ekologi menjadi hubungan yang erat antara lingkungan sosial dan ekosistem sebagai penyedia jasa sumberdaya alam bagi masyarakat di sekitar kawasan. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat ketidak harmonisan (mismatch) yang sering terjadi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Hal ini terjadi pada semua level mulai dari birokrasi sampai masyarakat lokal. Pemahaman keliru saat tidak menyertakan masyarakat lokal dalam penyusunan program sering kali memunculkan rasa skeptis untuk menjauh, tidak melibatkan diri, masa bodoh bahkan berpotensi memicu konflik secara luas.

Karakteristik landscape pesisir dan laut yang unik, Sumber foto; Koleksi pribadi, 2024

Pemahaman dan literasi masyarakat tentang ekosistem pesisir dan laut masih relatif lemah, untuk itu upaya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati pesisir dan laut memerlukan perhatian dan memainkan peran penting dalam advokasi. 

Mengupayakan perubahan perilaku dan mengubah paradigma lama tentang anggapan sumberdaya alam merupakan warisan Nenek Moyang secara turun temurun dan mengembalikan pemahaman bahwa sumberdaya alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga untuk kehidupan generasi mendatang harus terus diedukasi secara bertahap, melalui upaya mitigasi kerusakan ekosistem dan langkah-langkah pengelolaan secara berkelanjutan. 

Melibatkan pemangku kepentingan merupakan tugas penting dalam memastikan efektivitas konservasi wilayah laut dan pesisir. Ini penting ketika mencoba mendorong keterlibatan masyarakat dengan gagasan pemeliharaan dan/atau melindungi spesies yang terancam punah atau penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline