Lihat ke Halaman Asli

Dialektika Al-Quran

Diperbarui: 3 Mei 2021   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan merupakan bulan mulia, bulan yang menjadi momentum diturunkannya Al-Qur'an. Sehingga Ramadhan pun disebut bulan Al-Qur'an, iconnyanya Ramadhan adalah Al-Qur'an. Diceritakan bahwasanya Imam Syafi'i rahimahumullah berinteraksi dan mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak enam puluh kali selama ramadhan, artinya beliau bisa menghatamkan Al-Quran sebanyak 2 kali setiap harinya. Lalu, Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita membaca Al-Quran hari ini? Bagaimana kuantitas interaksi kita dengan Al-Qur'an?

Bagaimanakah level kesibukan yang kita lakoni sehingga lupa dengan Al-Quran? Jika dalam sehari kita bisa menggunakan gadget selama lima sampai enam jam, kenapa tidak dengan Al-Quran, jangan sampai waktu kita terbuang sia-sia dan hanya kita gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Jika memperhatikan fenomena yang terjadi sekarang, begitu banyak orang yang bisa menghabiskan waktunya di warkop atau cafe bersama dengan gadget-gadget mereka, menaikkan level game kesukaan. Namun melangkahkan kaki ke tempat beribadah untuk menghadap kepada pencipta dan membaca Al-Quran yang seharusnya telah menjadi konsekuensi keimanan sangat berat kita lakukan? Padahal Rasulullah Shallalhu Alayhi wasallam telah memberikan legitimasi syafaat bagi mereka yang senantiasa bercengkrama dengan Al-Qur'an

" bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi syafaat bagi orang =-orang yang senantiasa membacanya" (HR.Muslim)

Dalam kisah yang lain, As-Siddiq didapati menangis saat mendengar dan mentadabburi ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan konseskuensi siksa neraka bagi para pelanggar hukum agama. Sedangkan beliau telah diumumkan namanya oleh Nabi masuk dalam list orang-orang yang akan memasuki surga tanpa syarat dan ketentuan. Ketika ditanya perihal itu ia menjawab dengan sangat arif bahwa Rasulullah memang telah menjaminkan surga untukku, akan tetapi beliu tidak menginformasikan jaminan akan masuk surga tanpa transit terlebih dahulu di api neraka untuk disucikan. Jika As-Siddiq saja yang telah mendapat jaminan surga masih giat mentadabburi Al-Qur'an bagaimana dengan kita yang belum jelas takdir namanya berada pada posisi yang mana?

Ramadhan adalah momentum terbaik untuk berikhtiar meningkatkan kualitas ibadah dan kuantitas taqarrub kita dengan Al-Qur'an sekaligus memediasi audiensi kita kepada Allah. Adalah suatu kesyukuran dapat diperjumpakan kembali dengan ramadhan yang menjadi dambaan banyak orang.

Tidak terasa bulan ramadhan begitu cepat berlalu, jika kita tidak bisa mencontohi Imam Syafi'i membaca Al-Quran sebanyak 60 kali dalan sebulan, seminimal-minimalnya kita ikhtiarkan untuk mengkhatamkan satu kali dalam ramadhan kali ini. Masih ada sepuluh hari terakhir, sabuk pengaman iman dan khauf harus semakin dikencangkan agar dapat menjumapi taqwa di terminal aidil fitri.

Ramadhan kareem!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline