Lihat ke Halaman Asli

Sistem Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera Exigua) di Lahan Bawang Merah Berbasis Pertanian Berkelanjutan

Diperbarui: 18 Desember 2022   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Permasalahan mengenai hama bawang merah di Kabupaten Probolinggo masih menjadi tantangan bagi petani. Hama yang menyerang tanaman bawang merah yaitu hama ulat grayak (Spodoptera exigua). Hama ini menyerang bagian daun dan umbi bawang merah sehingga dapat menurunkan kualitas dan produktivitas bawan merah, sehingga pendapatan petani menurun.

dokpri

Pengendalian yang digunakan oleh petani dalam mengatasi hama ulat grayak yaitu dengan memanfaatkan lampu, jaring, dan penggunaan pestisida. Pengendalian ini juga dilakukan oleh mitra kami yaitu Kelompok Tani Desa Karanggeger yang merupakan perkumpulan para petani di Desa Karanggeger yang terletak di Jl. Raya Karanggeger, Desa Karanggeger, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Pengendalian yang digunakan oleh petani membutuhkan biaya yang mahal, sehingga petani menginginkan solusi alternatif yang lebih murah. 

dokpri

Sistem pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk diterapkan oleh kelompok Tani Desa Karanggeger dengan menggunakan tanaman refugia dan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) sebagai pengendali hama ulat grayak. Tanaman refugia merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengedali hama dikarenakan tanaman refugia dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembang biak bagi musuh alami dan serangga pollinator yang berperan dalam polinasi yaitu perantara penyerbukan tanaman. Sedangkan semut semut rangrang adalah semut predator yang dapat dalam melindungi tanaman dari hama. Hal ini dikarenakan semut rang-rang termasuk kedalam serangga predator karena sifatnya yang aktif dan kuat serta memangsa serangga yang lebih kecil dan lemah. Oleh karena itu, TIM PKM-PI Universitas Jember mengadakan program pertanian berkelanjutan dengan budidaya tanaman refugia dan juga semut rangrang. Dari adanya kegiatan tersebut TIM PKM-PI berharap implementasi dari kegiatan ini dapat meningkatkan produksi dan kualitas bawang merah serta meningkatkan ekonomi mitra.  

dokpri

Tanaman refugia ditanam dipematang sawah milik petani sebanyak 177 tanaman dengan luas penampang sawah 80 m. Pengaplikasian semut rangrang pada lahan sebanyak 20 toples dengan satu toples berisi kurang lebih 50 semut rangrang. Semut rangrang mampu mengendalikan hama ulat grayak sejauh 4 m lahan bunga refugia dengan kemampuan memakan 5-7 hama ulat grayak perhari.

dokpri

dokpri

Menurut hasil wawancara dengan petani, perolehan hasil panen bawang merah sebanyak 2 ton, sedangkan pada panen sebelumnya hanya mencapai 1,5 ton saja. Hal ini menunjukkan bahwa IPTEK yang diterapkan mampu meningkatkan produktivitas petani karena bawang merah yang terserang hama ulat grayak berkurang hingga menghasilkan umbi yang besar dan sehat.

dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline