Ibrahim atau nama gelar yang ia sematkan Datuk Sutan Malaka atau yang kerap kita dengar Tan Malaka, lahir dari suku Minangkabau (Pulau Sumatra) (Pandam Gadang, Sumatra barat 2 Juni 1897 - Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur 21 Februari 1949). Tan Malaka salah satu bapak bangsa Indonesia yang dijuluki "Bapak Republik Indonesia" yang dimana berkat karya salah satu bukunya diadopsi menjadi sebuah pemerintahan negara. Bapak bangsa ini yang tidak seberuntung pahlawan-pahlawan yang lain, dimana disisa akhir hidupnya harus mati ditangan bangsanya sendiri, bahkan yang lebih kejam dihapus dari deretan pahlawannya. Beberapa The Journalism mendapatkan riset tentang biografi Tan Malaka dengan Republik Indonesia.
TAN MALAKA DAN REPUBLIK INDONESIA
1. Tan Malaka sosok salah satu bapak bangsa Indonesia yang paling berpengaruh untuk bangsa ini. Tan Malaka memberi fondasi dasar untuk membangun sebuah negara, ia percaya bahwasanya suatu saat Pulau-pulau yang kena dampak dari kerasnya penjajah, ia menginginkan suatu 'kemerdekaan' dari hasil tanah yang dirampas dan hasil keringat kerja paksa dari masyarakat yang ia lihat secara langsung. Bahkan ia menulis secara detail dan menerbitkannya dalam bentuk buku yang berjudul "Naar de Republiek Indonesia" jauh sebelum Soekarno dan Moh. Hatta menyematkan nama republik sebagai dasar dalam membentuk sebuah pemerintahan, buku itu terbit pada tahun 1925 sedangkan Republik Indonesia baru merdeka pada tahun 1945;
2. Tan Malaka yang menjadi bulan-bulanan buronan dari negara penjajah, dengan begitu harus mengganti namanya dengan nama samaran agar menghindar penangkapan dari penjajah serta bayang-bayang pembunuhan yang seakan-akan menimpanya, ia lakukan penyamaran namanya sebanyak 23 nama selama masa hidupnya, bahkan ia merasa asing dengan nama lahirnya;
3. Tan Malaka masuk keluar bui oleh para penjajah sebanyak 13x dan 20 tahun hidup dalam pelarian, ketika penjajah Belanda kewalahan melawan Tan Malaka, yang dimana Tan Malaka sedang memperjuangkan bangsa ini melawan aksi kolonialisme;
4. Tan Malaka gagal menjadi presiden Republik Indonesia ketika ia sadar bahwasanya ia bukan kelahiran suku Jawa melainkan kelahiran suku Minangkabau yang berada jauh tepatnya di Pulau Sumatra, karena tempat lahirnya yang jauh dengan begitu ia kurang populer di kalangan mata masyarakat Jawa. Ketika ia disadarkan oleh rekan seperjuangannya yakni Sutan Sjahrir, Sjahrir mengatakan "Kalau saja anda lebih populer 10% dari Soekarno kami akan mempertimbangkan anda sebagai presiden." dikutip karya buku Rudolf Mrazek 'Sjahrir: Politik dan pengasingan di Indonesia' (terbit tahun 1994);
5. Tan Malaka sempat mau menggantikan kursi kepresidenan Soekarno atas permintaan Soekarno sendiri, ketika Soekarno memberi wasiat kepada Tan Malaka yang berisi "Kalau saya tidak berdaya lagi, maka kelak pimpinan revolusi akan saya serahkan kepada saudara." tetapi sayang sekali, sampai pada masa pemerintahan Soekarno digulingkan bukannya Tan Malaka yang maju melainkan Soeharto, bahkan Soekarno dan Soebardjo sempat menawarkan kepada Hatta tentang wasiat pengganti kepemimpinan bangsa Indonesia. Tetapi Hatta menolak dalam artian dia masih ingin menawarkan kepada sang sahabatnya itu Soekarno dengan 4 pilihannya "mulai dari Tan Malaka aliran paling kiri, Sjahrir dari aliran kiri tengah, lalu ada Wongsonegoro wakil kanan dan golongan feodal, dan Soekiman dari islam.";
6. Tan Malaka yang sempat marah besar dengan Soekarno-Hatta berserta jajaran kabinetnya, terlebih didalam jajaran kabinet. Tan Malaka muak dengan Soekarno-Hatta ketika Belanda memboncengi sekutu untuk segera melakukan agresi militer Belanda II (1948), tetapi mereka Soekarno dan Hatta beserta jajaran kabinetnya yang ingin memilih jalur diplomasi, sedangkan Tan Malaka yang bersikap revolusioner merasa gemas dengan tanggapan-tanggapan mereka, yang dimana Tan Malaka memberitahu mereka agar tidak usah berunding karena Indonesia sudah merdeka pada saat itu.
7. Tan Malaka mulai menggeluti di dunia kepolitikannya dengan masuk beberapa partai diantaranya ada Partai Sarekat Islam (sempat masuk dengan partai yang di didirikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto, sekaligus Tan Malaka pernah belajar di Surabaya dengan beliau tentang kepolitikan), Partai Komunis Indonesia (pada 1921 yang dimana berawal Semaun mengajak Tan Malaka untuk masuk PKI di Semarang, bahkan Tan Malaka sempat menggantikan Semaun sebagai ketua PKI pada acara kongres di Semarang), Partai Republik Indonesia (Tan Malaka mendirikan partai sendiri pada 1927, ketika dia memilih menjadi opisisi pemerintah), dan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (didirikan pada 1948 oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik);
8. Tan Malaka mati ditangan bangsanya sendiri, ketika beberapa prajurit Tentara Republik Indonesia (TRI) menghampiri Tan Malaka untuk segera dieksekusi mati di kaki Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur, Tan Malaka dibunuh karena perlawanannya yang konsisten terhadap pemerintah Republik Indonesia yang dia anggap bersikap lunak dan kompromis terhadap Belanda. Tan malaka meninggal dunia pada 1949;