viva.co.id
Tiada lagi kata mesra
Tiada lagi gelak tawa
Tiada lagi belai menggapai rambut
Tiada lagi senyum merekah lembut
Tiada lagi semua itu, tiada lagi
Hilang semua hilang
Di suatu malam yang berkabut
Peluh dan embun
Membasahi tubuh dan Bumi
Sebasah wajah cinta tertetes airmata
Mimpiku telah gugur lebur bersama kasihmu
Diujungnya malam yang kelabu
Kini embun kering di mentari pagi
Sekering airmata hati ini
Kubiarkan hari berlalu
Berganti hari yang sepi
Namun kasihmu adalah kasihku
Cintamu adalah cintaku
Christina, cintamu seputih kasihmu
Christina, wajahmu seanggun hatimu
Christina, kasihmu setulus cintamu
Begitulah lirik lagu dari karya Sang Maestro Idris Sardi yang dinyanyikan Rafika Duri "Christina", yang akrab ditelinga saya sewaktu kecil. Nyanyian Rafika begitu lembut, musik yang mengalun, tenang. Ada ribuan karya beliau yang tentunya saya belum dengar semua, tapi saya dapat pastikan itu menjadi bagian dari sejarah perjalanan musik Indonesia.
Maestro biola, Idris Sardi, mengembuskan napas terakhir di usianya ke-75 tahun di Rumah Sakit Meilia, Cibubur, Senin 28 April 2014. Saya kaget juga dengar berita ini, karena dulu sempat berpapasan di acara nikahan teman, beliau tampak berjalan tegak, dengan pakaian yang sangat rapi. Tidak disangka beliau sedang sakit, penyakit asam lambung serta lever yang semakin parah sejak Desember 2013 lalu.
Suasana haru meliputi sanak keluarga, kerabat dan sahabat yang mengantar jenazahnya ke Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Tebet, Jakarta. Teman nyokap yang merupakan keponakan beliau mengirim SMS tentang kepergiannya. Terus terang kita semua ikut merasa kehilangan. Karya beliau dari tahun 60 - 80 sangat akrab menemani keluarga, menghiasi film-film kala itu. Karena saya masih kecil, hanya bisa menikmati lagu-lagu itu diputar di piringan hitam milik kakek atau film-film yang ada dalam VHS tape seperti "Cinta Pertama" (1974).
Banyak murid beliau untuk belajar biola seperti Eros Djarot, Maylaffayza Wiguna, Bella Saphira dan lain-lain. Idris adalah orang yang perfeksionis. Galak karena cinta. Karena dia tidak ingin gagal dalam mendidik semua muridnya. Idris Sardi sudah menghasilkan sekitar 1.900 karya.Ada seperempat master karya almarhum yang masih perlu diabadikan. Karya-karyanya akan terus terjaga sepanjang merah putih tetap berkibar. Tak akan dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Selamat Jalan Maestro Karyamu akan selalu kami kenang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H