Lihat ke Halaman Asli

Ilham Miftah Farid

Universitas Pendidikan Indonesia

Urgensi Dukungan Sosial bagi Penderita Quarter Life Crisis

Diperbarui: 30 Oktober 2023   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia pada hakikatnya mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam kehidupannya. Dewasa merupakan proses perkembangan yang mungkin harus dilalui oleh beberapa manusia. Perkembangan pada masa dewasa dinilai sebagai tahap tertinggi dalam perkembangan dan pertumbuhan. Karena di fase inilah manusia memiliki kesehatan fisik yang baik dan prima dan memiliki potensi untuk menjadi proses perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan perkembangan pada masa remaja. Pada masa dewasa, dinilai sebagai masa eksplorasi diri yang lebih luas lagi bagi manusia serta menghadapi beberapa tantangan yang lebih rumit dalam rangka membangun jiwa yang kuat dan produktivitas kerja yang sangat tinggi. 

Tahapan dewasa ini merupakan hasil dari perkembangan dimasa remaja yang membentuk pribadi yang lebih mandiri dari sebelumnya. Pada masa ini, orang-orang akan lebih bisa memandang peluang dan hambatan yang akan dihadapi dan dianggap mampu menyusun masa depan bagi dirinya. Dalam fase ini juga banyak terjadi berbagai permasalahan, baik pengaruh dari faktor internal maupun eksternal, karena banyak peran yang dimainkan oleh orang dewasa pada fase ini. Menjadi seorang pencari nafkah sekaligus mengejar akademik yang lebih tinggi lagi. Menjadi sosok pekerja yang aktif sekaligus mendapatkan tuntutan untuk segera memiliki keluarga kecil, dan masih banyak permasalahan yang timbul dalam fase ini yang membuat pikiran dan fisik nya bermain secara penuh untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sebagai seseorang yang telah memasuki masa dewasa, yaitu orang-orang yang sudah memasuki usia 20-25 kurang lebih, mereka lebih rentang terkena dan masuk ke dalam fase baru dalam hidup yaitu quarter life crisis. Fase kehidupan ini dianggap sebagai fase perkembangan dan perubaha sosioemosional karena sedang menjalani masa transformasi pola pikir yang lebih matang dari masa remaja menuju masa dewasa. Pada usia seperti ini seorang individu cenderung lebih banyak membingunkan banyak hal dalam kehidupannya, bimbang terhadap pilihan dan langkahnya, ragu atas apa yang telah ia jalani sebelumnya, kebingungan dalam memulai sesuatu, selalu memikirkan masa-masa yang telah dilewati di masa lalu, mempertanyakan segala hal yang telah ia lakukan dalam hidupnya selama ini, dan cemas akan kehidupan yang akan ia susun untuk masa depannya nanti (Revitasari, 2018). 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robbins dan Wilner, mereka mengemukakan istilah quarter life crisis pertama kali ditemukan pada penelitian yang mereka lakukan kepada kaum-kaum muda di Amerika. Mereka menemuka istilah "twentysomethings". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sesorang yang telah mengabaikan dan meninggalkan zona nyaman atau kenyamanan hidup seorang remaja sebagai seorang pelajar dan mulai memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Mulai banyak nya tuntutan yang harus dipenuhi dalam hidupnya, seperti tuntutan pekerjaan, tuntutan pendidikan yang tinggi, tuntutan pernikahan dini, tuntutan menafkahi keluarga dan lain sebagainya yang membuat masa dewasa lebih banyak mengalami tekanan yang hebat dibandingkan dengan kehidupan sebelum dewasa. 

Adanya fase quarter life crisis ini terjadi ketika seorang mahasiswa ingin menyelesaikan kehidupannya diperkuliahan dan mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia luar selain dengan dunia pendidikannya. Kelulusan dalam pendidikan cenderung membuat seseorang cemas akan kehidupan seperti apa yang akan dihadapi nantinya. Perasaan takut akan gagal dan mengalami perbedaan kultur kerja dan kehidupan yang sangat signifikan dibandingkan dahulu ketika masih menuntut ilmu atau semasa dibangku sekolah (Herawati & Hidayat, 2020).

Banyak sekali fakta dan mitos yang ada di dalam istilah quarter life crisis. Ada yang mengatakan bahwa pada masa ini kebingungan akan kehidupan di masa depan mulai melanda pikiran seseorang, seorang Perempuan tidak diwajibkan sekolah tinggi karena nantiny ia akan ikut dengan suami dan mendapatkan tanggungan dan jaminan kehidupan dari sang suami, sudah bisa berkomitmen secara penuh, melakukan penyeleksian terhadap pertemenan, memilih pertemanan yang berkualitas dan menguntungkan tidak hanya kuantitas dan jumlah saja yang banyak (Primala, 2017). Menurut sebagian yang lainnya mengatakan bahwa justru pada fase ini seseorang akan mencapai titik terendah dalam hidupnya, merasa kehilangan motivasi dan semangat yang tidak sama seperti dahulu, cepat merasa gagal, memudarkan rasa percaya diri dan mulai melupakan makna dari hidup, dan cenderung lebih banyak waktu yang dihabiskan sendirian dibandingkan untuk sekedar memiliki pergaulan. 

Namun hal yang paling nyata akan dirasakan seseorang dalam fase quarter life crisis ini adalah menjalani kehidupan dengan monoton dan terasa sedikit membosankan, banyak mempertanyakan keputusan yang telah diambil sebelumnya, memiliki kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan akan masa depan yang akan dihadapi nya nanti (Noor, 2018). Ini lah sebagian fakta dan mitos yang terjadi ketika seseorang berada pada fase quarter life crisis. Banyak perubahan pola pikir dan perilaku yang sangat signifikan yang disebabkan oleh faktor-faktor dan tuntutan yang memberatkan kehidupannya.

Maka dari itu keadaan seperti membuat seseorang yang berada di fase quarter life crisis mengalami stress berat dan tekanan yang sangat dalam karena banyak pikiran yang berputar di kepalanya dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhinya. Oleh karena itu, orang yang ada di fase ini sangatlah membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya. Dukungan sosial yang diberikan akan sangat membantu untuk sedikit menghilangkan sejenak pikiran yang mengganggunya. 

Dukungan sosial merupakan adanya dan hadirnya orang-orang yang dapat menasehatinya, memberikan dukungan, support dan motivasi kepadanya, dan memberikan solusi atas permasalahannya di saat dia sedang menghadapi permasalahan tertentu, membantunya untuk keluar dari suatu kendala yang menghambatnya dalam melakukan kegiatan tertentu yang dilakukan secara pribadi atau langsung kepadanya dalam rangka mengarahkannya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai olehnya. Dukungan sosial akan menjadi sangat berharga untuk orang-orang yang berada dalam keadaan yang penuh dengan masalah. Ketika sekitarnya menuntut nya untuk menjadi seseorang yang melebihi kapasitas dirinya, maka dukungan dari orang-orang terdekatnya memiliki peran yang sangat berarti baginya.

            Dalam memberikan dukungan, terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi agar dukungan tersebut menjadi sebuah dukungan sosial yang baik. Adapun aspek-aspek tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  • Dukungan emosional, berupa dukungan dengan bentuk empati, kepedulian dan perhatian yang lebih kepada orang yang bersangkutan. Misalnya dengan mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih atau mengucapkan bela sungkawa atas kehilangan seseorang dikehidupannya
  • Dukungan penghargaan, berupa bentuk penghormatan dan perhargaan, memberikan dorongan dan semangat yang positif serta memberikan tanggapan yang menyetujui dengan perasaan yang positif.
  • Dukungan instrumental, berupa bantuan langsung secara material ketika ia mengalami musibah atau permasalahan dan kondisi buruk tertentu
  • Dukungan informatif, berupa bentuk dukungan, masukan, kritik yang membangun dan positif dan saran yang informatif kepadanya

Dengan adanya dukungan sosial yang telah dikerahkan dan diberikan oleh orang-orang terdekat akan dapat membangun hubungan secara interpersonal dalam rangka melindungi individu dari stress. Dukungan sosial yang diterima dengan baik oleh individu akan berarti positif baginya, membuat tenang dirinya sejenak dari hiruk pikuk kehidupan yang sedang dijalani. Merasa dihargai, dicintai sehingga dapat membangun rasa percaya diri yang baru didalam dirinya (Rif'ati, M. I., Arumsari, A., Fajriani, N., Maghfiroh, V. S., Abidi, A. F., Chusairi, A., & Hadi, 2018).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline