Lihat ke Halaman Asli

Pergilah Seperti yang Sudah-sudah

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Derit jangrik, gemericik air, dan deras suara kipas kudengar ngeri

Kesemuanya seperti memenuhi kepalaku, sungguh memberat hingga ke ulu-hati

Ada apa ini—aku tak tahu, alangkah risaunya wajahku kala kuratapi sendiri

Aduhai batinku, serasa terhimpit waktu—tertusuk duri

Dan aku bercermin dalam gelap, menyisir rambut sepenuh jari

Tiba-tiba masa lalu datang tak diundang, merangsak masuk berparas belati

“Mau apa lagi?” pekikku sembari menahan perih—dia tak peduli

Kemudian ia bercerita tanpa perintah, “Cukup! Dongengmu melukai.”

Sungguh aku tidak tertarik lagi mendengarkan pituturmu,
Karna hanya akan mendatangkan prilaku srigala diotakku

Dan sepert yang sudah-sudah—kau begitu,

Tak pernah memberi arti kecuali mengulang-ulang dosa masa lalu

Segeralah berlalu—kedatanganmu membius fungsi kalbu,

Aku ingin bebas dari jeratmu yang sewaktu-waktu menghabisi nalarku

Dan lihatlah sewujudmu—tidak lebih baik dari se-ekor lembu,

Jangan serimpung aku—karna aku akan berlari menjumpai masa depanku dengan cinta nan melulu

Arjawinangun, 07 Ramadhan 1434 H.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline