Aku pamit
Aku pamit dari mu yang pernah ku genggam dalam sebuah harapan yang semu, aku pamit dari mu yang pernah merangkai harapan bersama, aku pamit dari mu yang ku sadar bahwa aku tak sepantasnya bergantung padamu, aku pamit bukan berarti aku tak ingin bersama. Jauh didalam hati kecilku rasa dan harapan itu selalu ada. Jika kau berfikir aku mudah meninggalkanmu begitu saja kau salah besar, asal kau tau tak ada yang baik-baik saja di dalam sebuah perpisahan.
Ada miliaran kata yang tak mampu aku ucapkan, ada jutaan rasa yang tak mampu aku ungkapkan dan ada pula jutaan warna yang tak mampu aku lukiskan. Semua itu aku rangkai dalam sebuah do'a di dalam sujud panjangku, mengadukan rasaku padaNya, sang pemilik hati yang sebenarnya. Salah satunya adalah membisikan namamu, karna aku yakin keadaan terdekat antara seorang hamba dengan Rabb nya adalah ketika dalam keadaan bersujud. Semoga malaikat tersenyum dan mengamiinkan.
Masih ada urusan yang harus aku benahi di sini masih sangat banyak, salah satunya membenahi diriku sendiri. Memantaskan diri ini. Jika memang kamu, takdir yang Ia gariskan, aku hanya ingin kita bertemu dalam keadaan yang lebih baik, pada waktu yang tepat dengan caraNya yang sangat sangat indah. Bukankah tidak ada yang jauh lebih indah ketika kita di persatukan dengan orang yang sama sama merindu dalam sebuah do'a?.
Dan..., jika bukan aku, maka, siapapun orang yang akan bersamamu nanti, buatlah ia bersyukur karna telah memilikimu sebagai jodohnya.
Maka izinkan aku mencintaimu dalam ikhlas, mengagumimu dalam do'a, dan biarkan aku menjaga cinta dengan melepasmu. Percayalah kamu adalah sebuah kemungkinan yang sedang aku usahakan.
HumairahIlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H