Haloo kompasianers! Bertemu lagi di artikel penulis yang tidak lain dan tidak bukan akan tetap membahas Alat Permainan Edukatif. Pada artikel sebelum-sebelumnya sudah penulis jelaskan mengenai beberapa aspek perkembangan yang mungkin menjadi sasaran dari alat permainan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi menjadi pola interaksi yang intens diantara individu yang satu dengan individu yang lain. Selama berkomunikasi banyak cara yang dapat digunakan untuk mengutarakan maksut dan tujuan, diantaranya dengan menggunakan bahasa lisan, bahasa isyarat, bahasa mata, bahasa tulisan, bahasa batin, dan lain sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak layaknya juga tidak terlepas dari perkembangan aspek berbahasanya. Jeans Aitchison (2008 : 21) "Bahasa adalah sistem yang berpola arbitre sinyal suara, ditandai dengan ketergantungan struktur, kreativitas, perpindahan, dualitas, dan transmisi budaya", bahasa merupakan sistem yang terbentuk dari bunyi yg sudah disepakati, yg ditandai menggunakan struktur yg saling tergantung, kreativitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.
Sedangkan menurut KBBI, bahasa memiliki makna sistem ambang suara yg digunkan oleh suatu gerombolan rakyat guna berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri. Bahasa bisa juga diartikan dengan menggunakan suatu sistem komunikasi yg dipakai insan pada masing-masing negara atau daerah baik secara lisan juga tulisan. Selain itu bahasa juga dapat diartikan dengan suatu sistem komunikasi berupa suara yg dioperasikan melalui organ bicara dan indera pendengaran yang mempunyai konvensi makna.
Bahasa dan bicara adalah aktualisasi diri seorang yg menunjukkan kemampuannya untuk membicarakan sesuatu. Hal tadi diperoleh melalui proses belajar yang relatif unik lantaran bahasa dan berbicara tadi digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui proses informal. Hal tersebutlah yang kemudian diklaim sebagai proses pemerolehan bahasa.
Seseorang bisa dan sanggup berbahasa serta berbicara tadi bukan saja diperoleh secara menurun berdasarkan orang tuanya tetapi melalui proses belajar yang alami dan melalui konteks yg wajar.
Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui hubungan sosial menggunakan orang lain, melalui kesempatan mendengarkan dan menguji coba bunyi serta kata. Sebagai tambahan, bahasa anak-anak menurut pertimbangan anak-anak sanggup memperoleh kata-kata melalui percakapan orang-orang di sekitarnya. Bayi memperoleh bahasa selama beberapa bulan pertama dari suara dan bunyi-bunyian di lingkungannya. Hal ini bisa terindikasi sebagai merespon bunyi (child-direct speech) atau lebih dikenal dengan bahasa ibu.
Perkembangan bahasa anak berkembang seiring dengan perkembangan biologisnya. Hal inilah yg dipakai menjadi dasar mengapa anak dalam umur tertentu telah bisa berbicara, sedangkan anak dalam umur eksklusif juga belum bisa berbicara. Akan tetapi, pada perkembangannya biasanya anak memiliki komponen pemerolehan bahasa yg hampir sama, baik perkembangan fonologinya, sintaksisnya, semantiknya, juga pragmatiknya. Hal ini tentunya dipandang berdasarkan segi perkembangan bahasa anak yang normal.
Proses perkembangan berbahasa anak dapat dilalui dengan melewati dua bahasa, yakni bahasa pertama dan bahasa kedua. Bahasa pertama adalah Bahasa pertama merupakan bahasa yg pertama kali diperoleh anak semenjak kelahirannya. Anak, dalam biasanya memperoleh komponen bahasa pertama mereka dari pengasuh dan umumnya berdasarkan ibunya, yang kemudian diklaim sebagai Bahasa Ibu seperti yang sudah penulis singgung di atas.
Anak pertama kali memperoleh bahasa dari masa anak bayi hingga kurang lebih satu tahun, yg bermula berdasarkan output mendengar orang yg mengajak bicara. Bayi memperhatikan muka orang tadi, lalu bayi pun berusaha menanggapi dan menyinkronkan menggunakan kemampuannya meskipun belum memakai bahasa pada arti yang sebenarnya. Hal ini terjadi lantaran bayi belum bisa berbahasa/bicara sempurna.
Kemudian bahasa kedua adalah bahasa yang dipakai oleh anak sesudah ia menguasai bahasa pertama. Di Indonesia, bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertama yang diperoleh anak menurut pengasuhnya atau menurut ibunya adalah bahasa masing-masing daerah (biasanya). Misalnya pada pulau Jawa, bahasa pertama anak merupakan bahasa Jawa atau bahasa wilayah dimana anak berada.
Dalam pemerolehan bahasa kedua dapat dinyatakan bahwa pemerolehannya merupakan suatu proses yang kompleks dan bertahap, baik yg dialami sang anak maupun orang dewasa, baik bahasa verbal juga tulis. Ada hal yg tidak bisa dipungkiri pada pemerolehan bahasa kedua ini, yakni bahwa setiap pelajar bahasa/anak pula menerangkan karakteristik khasnya masing-masing.