Saya kelahiran 1989, pada jaman huru hara thn 98 sy tidak mengerti ada permasalahan apa, sy tdk mengerti apa itu kudeta, apa itu demo dll yg sy mengerti hanya situasi yg sangat mencekam.
Saat itu keadaan rumah saja sangatlah berbeda, wkt itu sy dilarang bermain di lapangan komplek yg notabene persis didpn rumah sy. Ayah sy selalu menjemur sajadah didpn pager rumah agar rumah kami aman dan dikira pribumi (padahal scr fisik km sgtlah pribumi dan memang 100% pribumi) tp ayah sy sgt ketakutan pada saat itu. Warung para keturunan chinesse didalam komplek dijarah tutup dan bangkrut. Beberapa tetangga jobless dan bahkan ada yang meninggkan kota untuk pulang kekampung halaman karena tinggal ada dana lg untk tinggal di kota.
Situasi disekolah tidak kalah mencekamny. Suatu hari (mgkn pertengang mei 98) kami dilarang pulang oleh pihak sekolah. Pager sekolah ditutup rapet dan dijaga oleh satpam. Sy hanya mengintip dr pager mlihat ada apa sebenarny diluar ternyata kosong tidak ad apa2, dipikiran sy mungkin jalanan ditutup ad pejabat yg mau lewat.
Saat itu sy tidak mengerti apa yg terjadi knp ayah sy ketakutan melarang sy keluaran rmh, pihak sklh melarang km pulang kermh, sy kehilang teman bermain krn mrk pulang kekmpg halaman. Tp saat ini sy sgt mengerti bahwa saat itu ad pergolakan besar. Pembataian pembunuhan penculikan pencurian penjarahan besar2an.
Sy tidak mengerti saat itu tp sy tidak akan pernah lupa situasi yg sgt mencekam itu!! Dan saat ini sy tau pasti blm tertangkapny aktor2 dibalik smw tragedi itu! Melawan lupa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H