Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Banyak yang Belum Paham Aturan, Lebih Tinggi dari Ego Saat Naik Transportasi Umum

Diperbarui: 2 November 2023   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang bus Trans Semanggi saat akan naik. - Dokpri

Setiap minggu, rasanya ada saja potongan video perselisihan di dalam transportasi umum.

Mulai dari adu mulut soal rebutan bangku, rebutan siapa yang masuk, hingga hal-hal remeh yang sebetulnya tidak layak diperselisihkan. Sudah rahasia umum, adu mulut bahkan adu otot tersebut terjadi di KRL Jabodetabek. Sebuah wahana uji nyali yang butuh keberanian tingkat tinggi untuk menaikinya.

Namun nyatanya, perselisihan di dalam transportasi umum tidak hanya didominasi di dalam KRL Jabodetabek atau wilayah DKI Jakarta Raya. Di daerah-daerah pun, perselisihan juga bisa terjadi dan cukup membuat diri ingin mengelus dada.

Salah satu kota yang juga kerap terjadi perselisihan di dalam transportasi umum dalah Surabaya. Dibanding DKI Jakarta, kota ini masih tertinggal mengenai layanan transportasi umum. 

Ketertinggalan Surabaya ini juga membuat ketertinggalan pemahaman mengenai aturan naik transportasi umum. Maklum, beberapa waktu belakangan kota ini memang cukup serius dalam menata transportasi umum, termasuk menata perilaku warganya.

Perselisihan yang terjadi memang tidak seheboh di dalam KRL Jabodetabek. Walau demikian, beberapa aksi perselisihan yang terjadi juga membuat miris. Jika ditelisik lebih dalam, sebenarnya perselisihan itu terjadi lantaran kurang pahamnya pengguna transportasi umum terhadap aturan yang ada yang ditunjang dengan egoism dalam diri.

Salah satu contoh utama yang sering terjadi adalah kegiatan naik dan turun di dalam bus. Sesuai aturan, sebenarnya penumpang yang akan turun mendapatkan prioritas dibandingkan penumpang yang naik. Prioritas ini termaktub dalam tulisan di kaca pinut untuk mendahulukan penumpang yang turun.

Namun, namanya manusia yang tidak sabaran, ada saja oknum-oknum yang memaksa merangsek masuk meski ada penumpang yang akan turun. Kalau sudah begini, biasanya saya yang berada di paling depan akan berinisiatif membei isyarat dengan lima jari tangan terbuka.

Bagi mereka yang sudah paham, maka akan memberi jalan terlebih dahulu. Apesnya, seringkali saya bertemu dengan mereka yang tidak sabaran. Kalau sudah begini, mulut rasanya juga ikut memberi pemahaman agar mereka mengalah dulu.

Pernah suatu ketika, di belakang saya ada seorang ibu dengan dua anak balita yang akan turun. Saat akan turun di sebuah halte, tiba-tiba ada rombongan keluarga yang merangsek masuk. Walau saya suah memberi isyarat tangan, tetap saja mereka berlarian masuk dan salah satu dari mereka mengijnak kaki anak dari ibu tersebut. Sontak anak tersebut menangis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline