Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Trans Jatim, Geliat Ekonomi Warga Porong dan Tertinggalnya Transportasi Umum di Jawa Timur

Diperbarui: 13 September 2022   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antrean warga yang mencoba naik Trans jatim | Dokumen pribadi

Suasana Terminal Porong di Sabtu pagi menjelang siang itu tampak ramai.

Riuh para calon penumpang BRT Trans Jatim memenuhi ruang tunggu terminal dan halte bus tersebut. Bukannya tambah surut, semakin siang jumlah calon penumpang yang datang makin banyak. 

Rombongan ibu-ibu PKK atau dasa wisma, keluarga besar, anak-anak muda, dan lansia tumpek blek menjadi satu di terminal yang tak jauh dari pusat semburan Lumpur Lapindo tersebut.

Hari itu adalah pekan pertama aturan berbayar pada layanan BRT Trans Jatim. Sebelumnya, pihak pengelola Trans Jatim menggratiskan seluruh perjalanan bus, baik dari arah Sidoarjo maupun Gresik. 

Kala itu, antusias masyarakat di Kawasan Surabaya Raya sangat besar. Bahkan, hampir setiap bus yang melintas dari pagi hingga malam terisi penuh oleh penumpang. Semua ingin mencoba hal baru yang bernama BRT Trans Jatim tersebut. Sesuatu yang sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat di DKI Jakarta, DIY, dan Jawa Tengah.

Meski sudah berbayar, nyatanya jumlah calon penumpang BRT Trans Jatim semakin lama semakin banyak di Terminal Porong. 

Tak hanya warga Porong saja, sebagian calon penumpang berasal dari Gresik, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, bahkan Malang.

Mereka ingin merasakan bagaimana naik bus dengan pelayanan prima tetapi dengan harga murah. Cukup dengan membeli tiket seharga 5 ribu rupiah saja, mereka bisa menikmati fasilitas di dalam bus yang nyaman. Mulai dari AC yang dingin, kursi yang empuk, kondektur yang ramah, hingga pengalaman perjalanan yang tak terlupakan.

Mereka juga bisa berjalan-jalan di beberapa tempat yang dilewati oleh bus ini. Mulai dari pusat perbelanjaan, pasar, museum, dan beberapa tempat lain yang sebelumnya tidak bisa dijangkau dengan angkutan umum. Kadang, mereka juga tidak berniat untuk pergi ke tempat-tempat tersebut dan hanya berputar-putar saja untuk kembali ke tempat semula.

Seorang petugas Trans Jatim memberikan nomor antrean kepada calon penumpang. Nomor ini berisi kertas dari angka 1 hingga 20. Angka 20 menunjukkan jumlah calon penumpang maksimal yang akan diangkut oleh satu buah bus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline