Sejak kemarin, tagar BTS x Meal memuncaki tranding topic di Twitter dan menjadi perbincangan nasional.
Dengan kemasan unik yang diklaim oleh para penggemar BTS sangat langka dan harus didapat, maka kerumunan para ojek daring pun menyemut di gerai Mekdi berbagai kota. Tidak sekadar menimbulkan kerumuman, kemacetan di sekitar area Mekdi pun tak terhindarkan. Polisi dan aparat keamanan lain akhirnya turun tangan dengan menutup gerai Mekdi di beberapa kota.
Sebagai salah satu konsumen Mekdi yang cukup loyal, saya merasa kaget karena mulanya menduga bahwa promo ini hanya akan dijual secara daring dan terbatas. Lantaran, pada pamflet dan pengumuman saat berada di gerai Mekdi, tulisan promo BTSxMeal ini hanya akan dijual dalam drive thru dan ojek daring. Berarti, jika tidak ada pelayanan secara langsung, maka pihak Mekdi akan membatasi jumlah menu yang akan mereka jual.
Nyatanya, apa yang terjadi di lapangan tidaklah demikian. Pihak Mekdi menjual menu ini tanpa batasan. Alhasil, para penggemar BTS yang terkenal fanatik pun menyerbu untuk bisa membeli menu ini. Terlebih, mereka dikenal loyal dan bergaris keras. Apa yang mereka inginkan harus mereka dapatkan.
Puncaknya, antrean panjang di berbagai gerai Mekdi pun tak terhindarkan. Pengemudi ojek online pun mendapatkan getahnya. Pun demikian dengan konsumen loyal Mekdi yang harus gigit jari mengurungkan niat makan di restroran tersebut padahal mereka hanya ingin makan menu reguler seperti biasanya.
Apa yang terjadi pada Mekdi kemarin bagi saya adalah sebuah kontradiksi dari apa yang sudah Mekdi lakukan selama ini. Ketertarikan saya untuk makan di tempat (dine in) di tempat ini beberapa waktu terakhir adalah adanya protokol kesehatan yang amat ketat. Dibandingkan restoran cepat saji lain, saya memberi Mekdi peringkat pertama dalam hal penerapan protokol kesehatan.
Jika banyak restoran sudah meninggalkan pengecekan suhu dan pencatatan nomor telepon serta alamat, Mekdi masih melakukannya. Petugas mereka di pintu masuk biasanya dengan sigap keperluan calon konsumennya. Mereka juga langsung mengarahkan kami masuk jika dirasa restoran masih longgar atau belum penuh kapasitasnya.
Ketika restoran masih penuh, mereka akan menahan kami dahulu di luar dengan aturan jaga jarak yang amat ketat. Pengalaman seperti ini saya alami ketika melakukan buka puasa kemarin.
Saat itu, restoran sedang cukup ramai dan saya belum bisa masuk hingga pengunjung di dalam restoran mulai keluar. Aturan ketat ini juga berlaku ketika jam-jam sibuk semisal makan siang atau makan malam akhir pekan. Kadang, petugas mereka memohon maaf karena restoran sudah penuh dan menyarankan saya untuk melakukan take away.
Penerapan protokol kesehatan juga terjadi saat konsumen memilih menu. Hampir di seluruh gerai Mekdi kini sudah dilengkapi dengan mesin kiosk. Pengunjung harus memilih menu sendiri dan tidak menyemut di kasir. Tiap gerai Mekdi dilengkapi minimal 2 mesin kiosk agar bisa digunakan bergantian.
Agar pengunjung dapat memilih dengan cepat dan tidak menimbulkan antrean, petugas Mekdi pun juga siap memandu mereka yang kesulitan. Mereka juga sering menanyakan bagaimana cara kami membayar.