Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Mengikat Rasa dan Ide dalam "Layout" Tulisan

Diperbarui: 30 Mei 2021   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membuat layout tulisan (Sumber: pexels/Andrea Piacquadio)

Dalam melakukan kegiatan menulis, saya sering terbentur akan dua hal: waktu dan mood.

Dua hal ini menjadi momok saya ketika akan memulai sebuah tulisan karena bisa menjadi penghalang untuk bisa berkarya. 

Waktu yang terbatas membuat banyak ide segar terbengkalai begitu saja. Mood yang juga terhempas menjadikan tulisan saya tak berasa.

Saya pernah sekali melakukan tes TIC (Type Indicator Character) pada sebuah lembaga. Hasil tes tersebut cukup mengejutkan saya lantaran sebenarnya saya termasuk orang yang cukup kreatif dan memiliki ide meledak-ledak akan suatu hal. Sayang, berbagai ide tersebut tak tereksekusi dengan baik karena dua hal tadi.

Menurut paparan sang psikolog yang melakukan tes terhadap saya, alangkah lebih baik saya menyusun skala prioritas ide-ide apa yang bisa saya eksekusi terlebih dahulu. Saya juga disarankan untuk mengikat ide tersebut agar tidak hilang begitu saja karena menemukan ide bisa terjadi kapan saja.

Ide bisa datang ketika saya berada di dalam bus atau kereta, ketika menyetir, mau tidur, saat makan, dan berbagai kegiatan lainnya.

Saat ide muncul dengan tiba-tiba, biasanya saya mencatat terlebih dahulu di memo ponsel saya tentang tema tulisan yang akan saya tulis.

Setelah beberapa ide terkumpul, maka saya memiliki dua alternartif untuk mengeksekusinya. Pertama, mengeksekusinya secara langsung dalam sebuah tulisan utuh dan kedua menuliskan terlebih dahulu poin-poin apa saja yang akan saya tulis pada sebuah layout tulisan.

Kedua cara ini saya gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika pengalaman pribadi dan sebagian besar rasa yang menjadi penggerak tulisan tersebut masih bisa saya rasakan dengan baik, maka saya akan langsung mengeksekusinya. Pun jika saya menemukan sebuah ide dan ada waktu luang untuk segera mengekskusinya, maka saya tak perlu menulisakan layout terlebih dahulu.

Namun, berbeda halnya jika saya tidak memiliki waktu dan mood untuk menulis ketika ide datang. Layout tulisan pun menjadi pilihan utama karena cukup membantu saya mengolah rasa menjadi sebuah karya. Layout tulisan amat membantu untuk melanjutkan ide segar mengenai poin-poin pembahasan yang akan saya tulis.

Contoh lay out tulisan yang saya buat (Sumber: Dokumen pribadi)

Jika saya hanya mencatatkan tema saja, maka tak jarang poin yang bisa menjadi elaborasi sebuah tulisan akan kurang tereksekusi dengan baik. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline