Ajang Miss Universe 2020 telah sampai pada puncaknya.
Pada Minggu Malam (Senin pagi WIB), kontes ini telah memilih ratu baru yang menggantikan Zozibini Tunzi sebagai Miss Universe 2019. Semua pengamat dan penggemar pageant pun menyorot ajang yang seharusnya digelar pada Desember 2020 kemarin.
Meski masih menjadi ajang kecantikan terbesar di dunia, sayangnya banyak yang kurang puas atas perhelatan Miss Universe tahun ini.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakpuasan tersebut. Mulai hasil pemilihan, konsep acara, hingga beberapa desas-desus yang mengiringi kontes yang sudah berlangsung sebanyak 69 kali ini.
Dominasi Negara Latin
Catatan pertama mengenai Miss Universe 2020 adalah dominasi negara latin yang begitu kuat. Dominasi ini mulai terasa saat salah satu televisi berbasis negara Latin -- Telemundo -- menjadi sponsor utama dan memiliki hak siar.
Tidak hanya sebatas itu saja, pengisi acara seperti penyanyi yang tampil pun juga berasal dari Amerika Latin.
Tidak lain, Luis Fonsi, penyanyi asal Puerto Rico yang namanya melejit lewat lagu Despacito didapuk menjadi pengisi acara. Ia mengiringi peserta terutama saat final look babak 5 besar. Tidak hanya itu, tarian dari Amerika Latin juga ditampilkan pada acara yang berlangsung di Miami Florida tersebut.
Dominasi berlanjut ketika pemanggilan peserta yang lolos ke babak 21 besar. Pada tahun ini, format babak 21 besar tidak lagi menggunakan sistem benua, tetapi total keseluruhan peserta.
Alhasil, 11 dari 21 peserta yang lolos ke babak selanjutnya berasal dari Amerika Latin. Meski, negara yang dianggap kuat seperti Venezuela dan Panama tidak lolos, tetap saja negara latin mendominasi.
Dominasi negara latin berlanjut hingga babak 5 besar. Pada babak tanya jawab seputar isu terkini tersebut, 4 dari 5 peserta berasal dari negara latin. Mereka adalah Meksiko, Republik Dominika, Peru, dan Brazil. Satu-satunya negara di luar Amerika Latin yang berhasil masuk ke babak 5 besar adalah India.