Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Enam Poin yang Bisa Membuat Slogan Merdeka Belajar Hanya Ucapan Seremonial Belaka

Diperbarui: 4 Mei 2021   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Program Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem Makarim(DOK. KEMENDIKBUD) via Kompas.com

Hari ini, lini masa saya dipenuhi ucapan merdeka belajar dalam rangka peringatan Hardiknas.

Program ini dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Makarim pada 2019 lalu. Empat pokok merdeka belajar yang salah satunya penghapusan Ujian Nasional menjadi ciri dari slogan ini. 

Tidak hanya itu, merdeka belajar juga didahului oleh kemerdekaan bagi para guru sebelum mereka mengajar. Tujuan utama dari gerakan ini adalah nuansa pembelajaran yang menyenangkan, lebih nyaman sehingga membentuk karakter peserta didik yang berani, mudah bergaul, beradab, sopan, dan berkompetensi.

Ucapan yang silih berganti di media sosial tersebut memang baik. Namun, apakah pada praktiknya di lapangan sudah berlangsung dengan baik? Sudahkah para guru nyaman mengajar sehingga mereka bisa merdeka dalam mengajar siswa yang belajar di kelas mereka?

Jawabannya adalah belum. Setidaknya, ada beberapa poin yang menyebabkan slogan ini bisa menjadi fatamorgana semata yang diucapkan tiap tahun dalam rangka memperingati hari pendidikan.

Pertama, mengenai perangkat mengajar yang harus disiapkan oleh para guru. 

Sebenarnya, Nadiem Makarim sudah apik dalam memangkas perangkat pembelajaran -- terutama Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) -- yang kini hanya dipersingkat menjadi 1-2 lembar saja.

Penyingkatan ini akan membuat para guru lebih bisa mempersingkat waktu untuk menyiapkan pembelajaran mereka. Sayangnya, sudahkan para guru benar-benar bisa merdeka dalam menyiapkan RPP ini? Sudahkah mereka mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kondisi kelas mereka?

Bukan menjadi rahasia umum, pembuatan perangkat mengajar seperti RPP merupakan hasil copy paste antara satu guru dengan guru lainnya. Tidak jarang pula, RPP masih digunakan sebagai penggugur kewajban ketika ada pengawas sekolah atau kepala sekolah melakukan supervisi mengajar.

Merdeka belajar yang seharusnya tergambar dari kreativitas RPP yang dibuat oleh masing-masing guru seakan jauh panggang dari api. Yang ada, beberapa pakem model RPP dengan isi tidak sesuai dengan apa yang akan mereka ajarkan seringkai digunakan karena guru harus mengikuti standar yang telah ditetapkan.

Dengan semangat merdeka belajar, sudah saatnya roh RPP yang menjadi kemudi dalam melakukan pembelajaran dikembalikan sebagaimana mestinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline