Beberapa hari terakhir, lini masa mengenai Bu Susi kembali riuh.
Ini tak lepas dari penangkapan Menteri KKP saat ini, Edhy Prabowo akibat kasus korupsi yang menjerat menteri dari Partai Gerindra tersebut. Selepas berita penangkapan sang menteri, Bu Susi Pudjiastuti yang menjadi Menteri KKP sebelum Pak Edhy banyak yang diminta untuk kembali mengisi salah satu kursi menteri paling penting di Indonesia tersebut.
Banyak yang ingin Bu Susi kembali memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan agar bisa kembali meledakkan kapal-kapal asing ilegal yang mengambil sumber daya alam di Indonesia. Ada juga yang ingin agar ekspor benih lobster kembali dilarang sehingga kita bisa menikmati hasilnya saat hewan tersebut sudah besar. Ada juga yang berkeinginan kembali membuat laut kita kembali berdaulat setelah beberapa waktu terkahir dianggap melempem. Terlebih, dengan adanya penangkapan sang menteri ini.
Harapan pun memang banyak yang tersemat pada Bu Susi. Pengalaman beliau selama 5 tahun menahkodai KKP seakan menjadi angin segar agar kondisi bangsa ini yang sudah amat terpuruk bisa kembali bangkit. Kehadiran Bu Susi dirasa akan menjadi obat yang mujarab dengan gebrakan-gebrakannya, syukur-syukur bisa membangkitkan kembali ekonomi kelautan yang juga ikut terdampak akibat pandemi yang masih berlangsung ini.
Semua keinginan tersebut memang wajar-wajar saja. Dalam hati kecil saya juga mengatakan ini nih saatnya Bu Susi hadir kembali. Saatnya beliau bisa melakukan aksi yang tak sekadar menari tetapi juga membuat mereka yang bermain dengan peraturan jera dan kapok untuk melakukan tindakan yang merugikan negara.
Namun, dalam pemikiran lain rasanya sebaiknya Bu Susi masih tetap berada di luar pemerintahan. Tetap mengkritisi apa yang dilakukan pemerintah sembari menyiapkan diri jika saja pada periode setelah pemerintahan sekarang Bu Susi kembali menduduki kursi tersebut. Syukur-syukur jika nantinya beliau bisa mengisi posisi yang lebih tinggi, semisal Menteri Koordinator, Wakil Presiden, atau bahkan Presiden.
Entah apa pun nantinya posisi Bu Susi, untuk saat ini lebih baik Bu Susi tetap berada di luar pemerintahan sembari menghibur warganet dengan atraksi dan tweet beliau yang kocak. Rasanya, negeri ini membutuhkan Bu Susi dengan apa yang beliau lemparkan pada pemerintah lantaran entah bagaimana lagi kami sebagai warga biasa harus mengkritik. Belum lagi, pengetahuan beliau yang amat luas mengenai kekayaan laut di Indonesia menjadikan kritik yang beliau lemparkan tidak hanya sekadar kritik.
Namun, ada bukti dan data yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga kritik tersebut seyogyanya bisa dijadikan pedoman pemerintah untuk memperbaiki kinerjanya. Terbukti, kini dengan penangkapan Menteri KKP yang kasusnya sebenarnya sudah diperingatkan oleh Bu Susi, maka kritik tersebut memang layak untuk didengar.
Tidak hanya itu, Bu Susi sendiri juga kurang tertarik ketika disinggung mengenai kasus yang menimpa sang meteri pengganti beliau. Dalam sebuah acara TV yang beliau pandu, saat ditanya oleh salah seorang pelaku media, beliau hanya menyatakan bahwa hanya mengikuti sekilas kasus tersebut. Kala ditanya lagi bagaimana pendapat beliau soal ekspor benih lobster yang jadi pro dan kontra, Bu Susi pun tak banyak memberikan komentar. Beliau hanya menekankan bahwa sebagai pecinta lingkungan ingin menjaga lingkungan perairan Indonesia dari kerusakan.
Tidak hanya sekadar menjaga alam, bagi Bu Susi, tempat untuk mengembangbiakan dan menumbuhkan lobster terbaik adalah di laut. Meski, ada berbagai teknologi yang bisa membudidayakan lobster secara buatan, tetapi budidaya secara alami adalah yang terbaik. Menjaga keseimbangan dengan alam adalah cara terbaik untuk memanfaatkan sumber daya alam ini.
Dari apa yang dipaparkan Bu Susi meski saya melihatnya cukup singkat tetapi ini memberikan pelajaran mengenai artinya untuk tidak serakah dalam hidup. Bu Susi mengajarkan untuk tidak serakah ketika memanfaatkan alam. Dengan tidak serakah, maka keberkahan pun akan didapat. Dan itu semua sudah terbukti dari apa yang didapat Bu Susi dari perjalanan usahanya. Jauh lebih berkah dibandingkan apa yang didapat sang menteri sekarang.