Ilmu adalah salah satu bekal yang sangat berguna bagi kehidupan kita.
Termasuk, ilmu yang kita pelajari di bangku sekolah, kuliah, atau pun dari masyarakat. Kadang, kita tidak menyadari bahwa kita sedang mengaplikasikan ilmu ini dalam kehidupan kita. Tiba-tiba saja, saat kita mengalami suatu masalah atau kesulitan, dengan bekal ilmu yang kita punya, kita akan bisa mempergunakannya.
Saya menyadari bahwa pernah kuliah di jurusan kimia amatlah membantu saya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kini ilmu itu lebih banyak terpakai untuk mengajar siswa saya yang duduk di bangku SMP dan SMA, tetapi setidaknya ada beberapa aspek dalam kehidupan sehari-hari yang perlu pemahaman benar mengenai ilmu kimia.
Apa saja itu?
Pertama, saya tidak mudah terpapar berita mengenai suatu isu yang berhubungan dengan ilmu kimia. Semisal mengenai makanan, zat aditif, obat, dan lain sebagainya. Ketika saya membaca berita tersebut, saya ingat-ingat lagi apa benar bahasan yang diperbincangkan tersebut sesuai konsep yang sebenarnya.
Misalkan saat awal wabah covid-19 kemarin ada berita yang menyatakan bahwa virus covid-19 malah akan kebal dengan penggunaan sabun dan antiseptik. Padahal jelas-jelas selubung RNA/DNA yang dimiliki oleh virus tersebut terbuat dari glikoprotein (gabungan lemak dan protein) yang akan mudah hancur dan larut jika terkena sabun atau antiseptik. Lantaran, kedua bahan ini mengandung pelarut organik.
Pelajaran ini selalu diulang dalam kuliah kimia dasar, kimia organik, dasar-dasar kimia analitik, dan pastinya biokimia. Makanya, saat ada berita yang tersebar, terutama dari WAG, paling tidak saya memfilter diri dulu sebelum bisa mempercayainya.
Kedua, saya bisa meluruskan berbagai konsep yang salah secara sederhana kepada orang sekitar. Semisal mengenai penggunaan sabun dan antiseptik tadi yang kerap datang dari WAG kerabat atau keluarga. Dengan pemaparan singkat tetapi mudah dipahami, saya mencoba memberikan konsep pelarut organik ini.
Saya hubungkan dengan kegiatan mencuci pakaian yang kotor atau mandi yang juga memiliki konsep mirip yakni melarutkan senyawa organik. Dengan analogi mudah semacam ini, untungnya banyak yang paham dan mau menerima penjelasan saya. Yang awalnya mereka ragu sering mencuci tangan kini menjadi lebih rajin. Entah apa tujuan dari penyebar berita kurang tepat semacam ini.
Ketiga, saya jadi bisa mengontrol apa yang saya makan terutama mengenai bahan makanan yang saya konsumsi. Jelas, ini menjadi poin penting karena rasanya sia-sia belajar kimia bahan pangan tetapi tidak mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan makan makanan yang sekenanya tanpa mengonsumsi makanan yang bergizi.
Boleh saja sesekali makan makanan yang kurkang bergizi. Tetapi, jika sudah belajar siklus protein, siklus lemak, dan beberapa siklus metabolit sekunder yang rumitnya minta ampun, kok rasanya ga rela ya badan ini dipenuhi "sampah" yang susah untuk diuraikan di dalam tubuh. Bisa dikatakan, ilmu yang dipelajari saat kuliah jurusan kimia menjadi sebuah kesadaran akan hidup sehat.