Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Penderita Covid-19 Jatim Meningkat Drastis, PSBB Masih Dikaji

Diperbarui: 14 April 2020   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa - (KOMPAS.COM/A. FAIZAL)

Untuk pertama kalinya, Jawa Timur menyumbang jumlah kasus positif covid-19 secara nasional dengan jumlah terbanyak. Sumbangan ini terjadi pada Minggu, (11/04/2020) yang mencatatkan ada sekitar 119 kasus baru di Jawa Timur. Dari jumlah itu, sebanyak 83 diantaranya berasal dari Kota Surabaya. Sementara, sisanya berasal dari kota penyangga Surabaya seperti Sidoarjo dan Gresik.

Tambahan pasien dengan jumlah siginfikan ini menjadi sebuah ironi lantaran pada hari sebelumnya, Gubernur Jawa Timur mengklaim bahwa di provinsi ini memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Bahkan, jika dipersentasekan, sebelum adanya lonjakan kasus positif baru ini, tingkat kesembuhan mencapai sekitar 24%. Jumlah ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan tingkat kesembuhan tertinggi se-Indonesia. Terlebih, jumlah pasien positif covid-19 yang sembuh jauh lebih banyak dibandingkan yang meninggal.

Sayang, dengan kenaikan drastis ini, maka secara otomatis persentase tingkat kesembuhan pasien covid-19 Jawa Timur akhirnya mengalami penurunan. Dari sekitar 24% menjadi 17%. Usaha lebih keras untuk menyembuhkan pasien yang terjangkit covid-19 pun menjadi lebih berat. Belum lagi ada tambahan pasien yang berstatus PDP dan ODP.

Dengan adanya lonjakan kasus baru ini, banyak pihak menyarankan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Jawa Timur harus segera dilakukan. Terutama, untuk Kota Surabaya dan satelitnya yang dianggap sudah sangat merah. Anggota DPR RI Rahmat Muhajirin adalah salah satu pihak yang mendesak agar Jawa Timur menerapkan PSBB. Pusat penyebaran covid-19 di berbagai kota di Jawa Timur juga diyakini berasal dari Surabaya. Salah satunya adalah pada kluster pelatihan petugas haji yang dilaksanakan di Asrama  Haji Sukolilo Surabaya.

Banyak peserta pelatihan tersebut terjangkit penyakit covid-19 yang berdomisili di kabupaten dan kota di Jawa Timur. Beberapa diantaranya bahkan ada yang meninggal dunia. Tak hanya dari kluster ini, beberapa warga yang bekerja di Surabaya juga terjangkit covid-19 saat kembali ke kampung halamannya. Surabaya pun menjadi episentrum covid-19 di Jawa Timur. Urgensi penerapan PSBB pun dirasa sudah sangat perlu.

Meski demikian, Gubernur Jawa Timur belum memutuskan untuk melakukan PSBB di Jawa Timur. Belum ada kabupaten atau kota yang mengkomunikasikan PSBB di wilayahnya. Padahal, banyak warga Jatim yang mulai resah dengan Kota Surabaya dan kota penyangganya yang semakin memerah.

Gubernur masih menjalin komunikasi dengan sekda yang akan berdiskusi masalah PSBB ini. Terutama, sekda yang berada di daerah penyangga Surabaya. Melihat pergerakan ini, rasanya pemprov tidak perlu menunggu lama lagi. Sampai kapan menunggu jumlah ledakan pasien covid-19 di Jawa Timur? Sampai kapan kabupaten/kota lain selain Surabaya dan penyangganya mendapatkan limpahan pasien positif covid-19 yang baru?

Kala melihat peta persebaran covid-19 di Jawa Timur, hanya ada 2 kabupaten yang masih hijau. Sisanya sudah merah semua atau kuning. Ini menandakan bahwa PSBB sudah saatnya diperlukan di Jawa Timur. Jika tidak secara keseluruhan, paling tidak untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya atau sering disebut Gerbangkertosusila yang melaksanakan PSBB ini. Terlebih, wilayah tersebut merupakan pusat ekonomi Jawa Timur dengan pergerakan penduduk yang sangat masif.

Tarik ulur penerapan PSBB ini bisa jadi dipengaruhi dampak yang akan terjadi kemudian. PHK masal buruh misalnya yang kini mulai mengancam. Jika aturan PSBB diterapkan, maka berbagai industri yang ada di Jawa Timur akan kelimpungan. Pusat industri seperti SIER dan PIER akan terdampak langsung.

Gubernur memberi syarat jika PSBB diterapkan, maka detail plan (rencana detail) dan juga contingency plan (rencana cadangan) harus dijabarkan dengan jelas. Gubernur juga mempertanyakan kesiapan lintas daerah dalam memenuhi kebutuhan logistik, keamanan, dan kesehatan saat PSBB diterapkan. Kala pusat industri mandek atau terhambat, maka pasokan logistik warga pun juga akan terdampak.

Dengan kenaikan drastis ini, Gubernur pun mengevaluasi total mengenai peraturan social dan phisycal distancing. Apalagi, banyak kaum muda yang bandel masih melakukan trek-trekan di jalanan seperti di depan Gedung Grahadi beberapa hari lalu. Di Malang sendiri, banyak pemuda tanggung yang diamankan polisi saat menggelar adu balap liar di sekitar GOR Ken Arok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline