Aduh, saya berat sebenarnya akan menuliskan ini.
Jadi gini. Saya sebenarnya tidak ingin seperti Ria Ricis yang mengunggah video pamitan. Tapi dengan tulisan ini, dengan penuh rasa menyesal saya hanya ingin mengatakan bahwa saya tidak menulis lagi di Kompasiana.
Ada masalah apa Mas Ikrom?
Tidak ada yang salah. Ini terjadi di luar kemampuan saya yang harus fokus di salah satu pekerjaan dulu. Dalam hal ini, pekerjaan di dunia nyata. Tulisan ini saya tulis lantaran saya melihat beberapa komentar di lapak saya yang menitipkan link artikel bersangkutan untuk saya kunjungi.
Dengan rasa menyesal lagi, saya benar-benar tidak bisa melakukan itu. Lantaran, keterbatasan laptop saya yang sudah uzur sehingga perlu waktu lama untuk membuka laman artikel Kompasiana. Saya akhirnya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa memuat satu artikel. Makanya, saya sering merasa bersalah sekali saat tak bisa membalas komentar rekan-rekan Kompasianer yang masuk. Terutama, jika artikel saya sedang naik atau memiliki keterbacaan cukup tinggi.
Untuk itu, agar rasa bersalah dan utang blogwalking semakin banyak, saya pamit dulu di samping beberapa hari ini saya juga sulit sekali masuk ke akun saya. Sungguh, kesalahan bukan pada teknis Kompasiana namun akibat teknis pribadi. Kala saya bisa masuk Kompasiana, biasanya ya dari komputer di warnet atau laptop di kantor saya. Makanya, akses saya benar-benar terbatas.
Sebenarnya, ada beberapa artikel yang akan saya tayangkan. Namun, semuanya saya tahan dulu sembari saya mencari cara agar bisa membuka Kompasiana lebih mudah lagi. Terutama, jika mungkin, saya bisa masuk melalui ponsel saya yang selama ini terus mengalami kegagalan. Rasa penasaran saya untuk bisa membaca artikel teman-teman harus pupus karena ini. Jadi, mohon kiranya teman-teman Kompasianer bisa memaklumi.
Selain itu, selama bulan Agustus, saya juga harus fokus dalam penyuntingan tahap akhir buku hasil tulisan saya di Kompasiana yang akan terbit minggu keempat bulan tersebut. Maka, saya tidak bisa membagi konsentrasi antara menulis di blog Kompasiana ini dengan menyunting naskah beserta memilih cover yang akan digunakan.
Kan masih bisa nulis apa saja?
Iya, tapi bagi saya ketika menulis di Kompasiana saya harus bisa menunjukkan kualitas sebaik-baiknya. Dan itu perlu waktu cukup lama, mulai mencari literatur, memilih diksi, menyunting, membuat infografis jika perlu, dan sebagainya. Semua itu bermuara kepada rasa puas yang entah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Untuk itulah, karena konsentrasi saya tidak ingin terpecah dan kualitas tulisan saya menjadi menurun, maka saya putuskan untuk pamit dulu.
Sampai kapan?