Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Di Balik Gelak Tawa Pertunjukan Kabaret Jogja

Diperbarui: 6 Februari 2019   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penampil lagu Melayu. - Dokpri.

Oh-oh-oh-oh-oh! Oh-oh-oh-oh-oh-oh!
Caught in a bad romance

Serius, saya ikut terhanyut dan ikutan menjadi  Little Monster (sebutan bagi para penggemar) Lady Gaga, penyanyi solo kontroversial asal AS. Kepala saya ikut manggut-manggut dan tangan saya terus merekam aksi sang "Lady Gaga KW" yang berdiri beberapa meter dari saya. Menyanyikan lagu dengan lipsing.

Apa yang saya lakukan juga diikuti oleh hampir semua penonton. Mereka ikut bernyanyi dan tertawa riang, lebih tepatnya terbahak-bahak, melihat aksi sang diva yang begitu lincah meliuk-liukkan tubuhnya. Dengan aneka gerakan khas Mother Monster berupa gerakan tangan mencakar seperti kucing hingga merangkak membuat saya semakin larut dalam "konser mini" itu.

Walau sangat menikmati, saya akhirnya harus realistis. Saya sedang tidak menonton Lady Gaga di konser maha besar. Saya juga tak sedang bersenandung bersama wanita bernama asli S. J.A. Germanotta tersebut. Yang ada di hadapan saya adalah pemeran pertunjukan kabaret di salah satu gerai batik di Kota Jogja.

Di suatu akhir pekan, rekan saya mengajak pergi menonton kabaret yang menurutnya unik. Jujur, saya belum pernah melihat pertunjukan ini dan hanya tahu sepintas saja. Awalnya saya berpikiran kalau pertunjukan ini hanya pertunjukan kecil yang sering saya lihat di kafe-kafe atau beberapa rumah makan. Ternyata dugaan saya salah.

Dengan merogoh kocek 50 ribu rupiah, kami harus bersusah payah mengantre untuk membeli tiket. Saya sempat salah informasi kalau tiket hanya bisa dijual langsung di tempat. Ternyata, kami sebenarnya bisa melakukan reservasi dulu dengan keistimewaan mendapat tempat yang sejajar dengan panggung. Dengan membeli tiket OTS, kami harus puas untuk mendongakkan kepala dan ikhlas pandangan kami tertutup oleh kipas angin, tiang, atau benda lain.

Sedari pukul 6 sore, pintu masuk sudah dibuka. Kami tak diperbolehkan membawa makanan atau minuman pun dari luar. Tentu tujuannya adalah agar kami bisa memesan makanan dari dalam gedung pertunjukan yang sebenarnya mirip sebuah kafe kecil tersebut.

Penonton yang ingin melihat pertunjukan ini memang banyak. Hilir mudik para penggila hiburan tampak memenuhi kursi penonton yang bagi saya cukup sempit. 

Saya sendiri sampai kesemutan menahan kaki yang tertekuk cukup lama. Belum lagi, ruangan yang tak ber-AC membuat saya cukup kepanasan. Lalu lalang para pelayan kafe juga membuat saya kurang nyaman. Ini tempat sudah sempit masih saja banyak yang jalan-jalan.

Namun, keriwehan yang sempat melanda akhirnya hilang dengan dua banci yang menyanyi keroncong dengan lemah gemulai. Lenggak-lenggok tangan dan tubuh kedua banci itu membuat penonton mulai "hangat". Belum lagi, pada beberapa kesempatan, mereka menampilkan atraksi, yang entah tidak sengaja atau dibuat-buat. Sanggul terlepas, rok yang terbuka, hingga (maaf) bra yang hampir jatuh.

Penampil pedana. - Dokpri

Ini baru permulaan. Begitu kata teman saya. Benar saja. Tak lama, saya mendengar suara Titi DJ dengan lagu Sang Dewi mulai membahana dengan pemandangan seorang banci bergaun putih. Berparas anggun dan tampak elegan. Yang membuat saya spontan untuk terpingkal. Membayangkan apa gerangan "manuver" yang akan dilakukan olehnya. Hingga apa yang saya tunggu pun tiba. Saat mencoba menyanyi lipsing pada nada tinggi, ia semakin menjiwai. Sungguh, perut saya mulai keram karena tertawa.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline