Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Melihat Sam Sutiaji Mulai Menata Malang Menjadi Kota Cerdas

Diperbarui: 19 Januari 2019   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walikota Malang meninjau pipa PDAM. Dok Humas Pemkot Malang

Saya adalah salah satu warga Kota Malang yang cukup apatis, pesimis, dan memiliki aneka premis bahwa kota yang saya tinggali akan "begitu-begitu saja".

Sikap ini saya ambil setelah Kota Malang diguncang badai politik berupa penahanan sang Mantan Walikota beserta beberapa jajarannya plus empat puluh satu dari empat puluh lima anggota DPRD Kota. Bisa dibayangkan, apa yang bisa diharapkan dari sebuah kota semacam ini? 

Jangankan memikirkan bagaimana Kota Malang bisa menjadi kota yang lebih maju, atau katakanlah menjadi kota cerdas dalam penilaian Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018. Pemerintahan bisa berjalan dengan lancar dan tanpa kendala saja sudah syukur.

Ajaibnya, dari Data IKCI 2018, Kota Malang malah menempati posisi ketiga di bawah Kota Denpasar dan Kota Surakarta untuk kategori kota besar. Malang meraih predikat itu dengan memiliki indeks sebesar 60, 21. 

Dari beberapa indikator penilaian dalam IKCI, Kota Malang memiliki nilai cukup tinggi dalam aspek partisipasi masyarakat, kualitas hidup, dan lingkungan. Ketiga aspek itulah yang berperan besar sehingga Malang masih dianggap sebagai kota cerdas, sesuai mottonya yang tersebar dalam berbagai BKS Siswa Sekolah Dasar di seluruh Kota Malang: Cerdas, Ceria, Cemerlang.

Partisipasi masyarakat sangat penting dalam membantu penilaian Kota Malang sebagai kota cerdas. Sejak dilantik pada akhir September 2018 lalu, Wali Kota Malang, Sutiaji, atau juga dikenal dengan Sam (sebutan Mas dalam Bahasa Malangan) Sutiaji, langsung melakukan banyak gebrakan. Salah satunya adalah memaksimalkan aplikasi Sambat Online yang memuat keluhan warga Kota Malang dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi ini memang sudah diluncurkan pada pemerintahan walikota sebelumnya. Sayang, akibat tidak transparansinya pemerintahan kala itu, aplikasi ini seakan mati suri. Warga Malang pun kerap menumpahkan kekecewaan dan keluhannya pada akun Twitter @infomalang atau FP Komunitas Peduli Malang Raya. Mengingat keduanya bukan akun resmi pemerintahan dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat, maka hanya kekuatan "up" yang bisa digunakan. Untuk langkah selanjutnya, para admin akun-akun tersebut hanya bisa meneruskan ke akun resmi Pemkot Malang yang tak segera mendapat jawaban.

Melihat kekurangan itu, Sam Sutiaji segera mengaktifkan beberapa akun media sosialnya. Dimulai dari Instagram, beliau langsung mengunggah salah satu aktivitasnya yang cukup berbahaya. Beliau mencoba untuk mengurai kabel-kabel yang menganggu di sekitar Jalan Borobudur, Blimbing, Kota Malang. Kegiatan ini dilakukan setelah adanya keluhan warga mengenai banyaknya kabel telepon, internet, dan kabel listrik yang menjuntai dengan indahnya.

Dari kegiatan ini, pada awalnya masyarakat Kota Malang masih sedikit pesimis akan aksi sang wali kota. Namun, begitu akun twitter milik Ebes menjawab satu per satu keluhan warga, optimisme itu langsung muncul. 

Saya sendiri telah membuktikannya bahwa Pak Wali memang benar-benar menjalin komunikasi dengan warganya. Saat itu, saya mencoba mengadu tentang tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh oknum KS di tempat saya dulu mengajar seperti yang saya tulis di sini.

Dengan menyertakan link tulisan saya di Kompasiana, saya meminta Pak Wali segera menyelidiki masalah ini dan jika bisa mengusut oknum di Dinas Pendikan Kota Malang yang ikut bermain. Tak selang berapa lama, cuitan saya dibalas. Beliau berjanji akan segera menindaklanjuti kasus ini sembari memperlajarinya lebih dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline