Pokoknya, kami mau KS-nya dipindah!
Begitu pesan salah satu walimurid yang disampaikan lewat aplikasi FB Massager kepada saya. Pesan ini terkirim setelah ia menceritakan berbagai permasalahan di sekolah tempat saya pernah mengajar dengan Kepala Sekolah yang baru.
Dalam pesannya, ia mengeluh tentang penghapusan berbagai ekstrakulikuler yang salah satunya diikuti putranya sejak kelas 1 hingga 4.
Ekstrakulikuler yang ada hanya menyisakan Pramuka. Belum lagi, sikap Kepala Sekolah juga kurang menghargai wali murid. Baik ketika rapat, maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Beberapa waktu kemudian, saya mengontak rekan guru yang masih mengajar di sana. Dan benar, ternyata kondisi di sekolah sangat tidak kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Guru-guru merasa tertekan.
Mereka tidak bisa berkonsentrasi untuk mengajar lantaran dikejar target berjualan di kantin sekolah. Kewajiban berjualan di kantin ini dilakukan lantaran sang Kepala Sekolah tersebut mengusir dengan halus penjual kantin dengan menaikkan harga sewa kantin dengan nominal yang tak wajar.
Beberapa kali memang saya mencoba menulis mengenai permasalahan ini secara umum. Tidak langsung menunjuk kepada yang bersangkutan. Namun, setelah melihat perkembangan kondisi yang semakin tidak kondusif dan akan membuat siswa-siswi di sekolah saya dulu menjadi korban, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah berjuang agar Kepala Sekolah tersebut diganti.
Surat elektronik kepada Pengawas Sekolah pun saya kirim. Di dalam surat itu, saya menceritakan mengenai permasalahan di sekolah. Sebagai orang luar, saya hanya bisa mengamati dari jauh mengenai apa yang terjadi di dalam sana. Meski membutuhkan waktu lama, akhirnya sang pengawas membalas surel saya.
Di dalam surel tersebut, beliau memohon kepada saya dan pihak yang dirugikan oleh oknum Kepala Sekolah tersebut untuk tetap bersabar. Beliau juga telah mendengar cerita dari guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Tindakan berupa usulan untuk memindahkan (mutasi) sang Kepala Sekolah bermasalah tersebut kepada Kepala Bidang Kepegawaian Dinas Pendidikan juga telah dilakukan. Saat ini, usul tersebut masih berproses untuk ditindaklanjuti oleh Kepala Dinas Pendidikan.
Beberapa kali, rekan guru juga dipanggil oleh pihak Dinas Pendidikan untuk menceritakan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Dan, tentu karena mereka sudah tak kuat lagi menanggung beban mental yang mengganggu konsentrasinya mengajar. Pun demikian dengan beberapa wali murid yang akhirnya mengadu ke DPRD.
Namun, hingga berminggu-minggu, kasus ini masih berlarut-larut. Suasana di sekolah menjadi semakin tidak kondusif karena satu sama lain saling mencurigai. Belum ada tanggapan lagi dari Dinas Pendidikan.