Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Kenikmatan Mengemper untuk Menyantap Bakso Kecambah Malang

Diperbarui: 1 Agustus 2018   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual Bakso. - Dokumen Pribadi.

Bakso itu ya Malang, Malang itu ya Bakso.

Siapa sangka, ungkapan itu benar-benar masuk di hati sanubari kebanyakan orang. Jika Jogja sangat kental dengan Gudegnya dan Palembang dengan Pempeknya, maka tak ayal lagi, Bakso telah begitu mendarah daging di hati sanubari orang Malang.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru saya dan orang tua, saya memang tak boleh pilih-pilih makanan. Namun, tidak untuk bakso. Kriteria "enak" yang cukup tinggi saya sematkan pada makanan satu ini. Hanya "enak" dan "tidak enak". Kriteria umum berupa kuah kaldu yang mantap, daging pentol yang halus, serta tak banyak penyedap rasa membuat tiga kriteria itu harus masuk di dalam hidangan bakso yang tersaji di depan saya.

Ratusan pedagang bakso mungkin berseliweran di depan saya. Ratusan gerai bakso juga ada di tepi jalan dengan menawarkan tempat yang asyik dan berkelas. Tapi, pilihan saya untuk masalah bakso di Kota Malang jatuh pada penjual bakso satu ini. Bertempat di persimpangan Jalan Semarang-Salatiga, tepatnya di depan pintu Kampus Universitas Negeri Malang (UM), bakso ini berada.

Penikmat garis keras bakso kecambah di depan pagar kampus Univ. Negeri Malang. - Dokumen Pribadi.

Letaknya yang berada di daerah kampus membuat pedagang bakso ini tidak punya alasan untuk tidak diserbu. Meski, mereka hanya berjualan di sebuah rombong. Ketika saya masih mengenyam pendidikan di kampus itu, saya rela berkejar dengan waktu ketika ada jeda untuk sekedar memakan satu mangkuk bakso.

Tapi, rupanya penikmat bakso tidak hanya dari kalangan kampus pendidikan itu. Ada banyak juga warga Kota Malang yang jauh-jauh datang untuk berjuang mendapatkan pentol bakso demi pemtol bakso. Berebut dengan penikmat lain yang juga memiliki tujuan serupa. Menguasai banyak pentol bakso untuk segera disantap.

Untunglah, pedagang bakso yang berjualan di dekat pos kamling itu benar-benar menyiapkan diri menghadapi gempuranp. Ia menata sedemikian rupa alur pembelian agar tidak terjadi aksi huru-hara akibat rebutan bakso dari para fans garis keras. Maka, alur pembelian pun harus dipatuhi. Layaknya resto yang menggunakan model prasmanan, pembelian bakso ini menggunakan sistem self service.

Pertama, pembeli harus mengambil mangkuk beserta tatakannya. Tatakan diperlukan untuk memudahkan pengambilan kuah bakso dan membawa mangkuk.

Kedua, saatnya mengambil sayuran yang terdiri dari daun selada, kecambah, serta mie kuning dan mie putih. Tidak ada batasan untuk mengambil bahan-bahan tersebut asal habis dimakan.

Biar sehat, ambil sayur yang banyak ya. - Dokumen Pribadi

Ketiga, ambil isi bakso berupa pentol dan tahu. Untuk pentol sendiri ada dua macam ukuran, yakni besar dan kecil. Pentol besar seharga 5000 rupiah dan pentol kecil 3000 rupiah. Ada beberapa varian pentol kecil, antara lain pentol urat, pentol halus, dan pentol berisi telur puyuh.

Keempat, saatnya isi dari bakso tersebut disiram dengan kuah. Namun, kegiatan ini harus dipandu pedagang bakso agar tak berebut. Kita bisa melakukan permintaan banyaknya kuah yang kita inginkan. Nah, kalau isi bakso dirasa kurang, kita bisa meminta pedagang bakso mencelupkan isi bakso yang hangat ke dalam mangkuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline