[caption id="attachment_290344" align="aligncenter" width="320" caption="(http://saragihmanihuruk.blogspot.com)"][/caption]
“Eh bu Tince, kemarin saya baca di koran, katanya ekstrak biji anggur bisa bikin awet muda lho”, kata bu Efi yang lagi milih sayur.
“Ah masa sih bu, paling-paling cuman akal-akalan sales biar laku”, sanggah bu Tince.
“Beneran bu. Malah katanya bisa menangkal radikal bebas. Bikin kulit tetep kenceng plus gak cepet keriput”.
“Harganya mahal gak bu?”, tanya bu Asih.
“Lho ngapain harus beli, kita bisa bikin sendiri kok”, ujar bu Efi.
“Gimana caranya bu?”, tanya Pak Marman sang penjual sayur.
“Eh Bapak ini ikut-ikutan aja. Mau cari gebetan lagi ya, inget umur lho Pak”.
“Yah saya kan pengen ngerti, siapa tahu bisa saya jual di mari”.
“Oh gitu. Mudah kok pak. Tinggal dijus aja bijinya sama buah lainnya. Terus diminum deh”.
“Oh begitu, ya sudah nanti saya coba di rumah”, ujar Pak Marman.
“Sip deh Pak, tapi nanti bagi-bagi ya. Ini berapa duit Pak?” tanya bu Asih.
“Gampang, Bu. Oh itu semuanya 20 ribu”.
Itulah obrolan ringan ibu-ibu mengenai ekstak biji anggur. Kata ekstrak sering sekali digunakan di masyarakat kita. Saat ini lagi in yang namanya ekstrak. Ekstrak buah mengkudu, ekstrak biji anggur, alpukat, daun katuk, dll. Rasa-rasanya semuanya harus diekstrak. Sebanarnya, apa sih yang dimaksud dengan ekstrak dan bagaimana caranya mendapatkan ekstrak? Anda Penasaran????? Sama, Saya juga. (bayangkan Uya Kuya).
Oke to the point aja. Ekstak merupakan hasil suatu ekstraksi. Ekstraksi sendiri adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan dua pelarut yang tidak saling larut. Bingung kan? Jangan bingung dulu. Personifikasinya seperti ini. Pada suatu pengajian akbar di sebuah stadion besar dilakukan pemisahan antara jamaah pria dengan jamaah wanita. Pemisahan dilakukan dengan bentangan kain panjang tepat di tengah stadion. Tujuannya biar khusuk, dan tentunya biar duduk satu muhrim. Sepasang suami istri mendatangi pengajian tersebut. Mau tidak mau, saat memasuki area stadion, mereka harus terpisah sesuai mahramnya. Hasil pemisahan ini akan menghasilkan jamaah laki-laki dan jamaah perempuan yang terpisah. Nah prinsip inilah yang digunakan dalam ekstraksi.
Pertanyaan selanjutnya, megapa harus diekstraksi???
Mudah saja. Misalkan kita ingin mendapatkan khasiat dari suatu bahan tanaman. Sangat tidak mungkin kita memakan seluruh bagian tanaman tersebut kan? Bisa-bisa langsung muntah. Nah proses ekstraksi hanya mengambil bagian penting dari suatu bahan alam yang akan digunakan. Gampangannya, diambil sarinya. Kalau begitu, kenapa tidak disaring saja? Kenapa harus diekstraksi??
[caption id="attachment_290346" align="aligncenter" width="302" caption="Mengkudu yang banyak khasiatnya sering diekstrak untuk dijual (http://bunkimliong.blogspot.com)"]
[/caption]
Penyaringan atau yang lebih keren disebut filtrasi memang dapat memisahkan suatu larutan filtrat dari residunya (ampasnya). Namun hasil filtrasi ini masih terkandung zat lain yang sebenarnya tidak digunakan, atau malah menimbulkan bahaya (kalau bagian ini urusannya para dokter, hehe). Biasanya, proses ekstraksi diawali dari proses filtrasi. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya akan diekstrak dengan pelarut saja. Teknik ekstraksi yang tepat tidak akan mengurangi khasiat bahan yang diekstrak.
Konsep utama dari ekstraksi adalah distribusi kelarutan diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Mengapa bisa begitu? Jika anda rajin membaca artikel saya kemarin-kemarin sempat saya singgung prinsip like dissolve like. Suatu zat akan larut dengan pelarut yang sesuai kepolarannya. Ini yang menjadi alasan mengapa minyak tidak akan pernah mau akur sama air. Lha bagaimana mau akur, minyak kan hidrofobik (takut air) mana mau sama air? Cobak kalau minyak anda masukkan ke cukak. Meskipun gak akur-akur amat, tapi masih mending lah. Masih mau bertegur sapa sama cukak. Gak percaya? Coba aja di rumah. Hehe
Gak akurnya minyak sama air merupakan salah satu prinsip like dissolve like. Prinsip inilah yang mendasari proses ektraksi untuk mengeluarkan zat tertentu yang kita kehendaki dari lubang persembunyiannya (emang ular???).
Sebelum proses ektraksi dilakukan, maka kita harus memilih pelarut yang kira-kira sesuai dengan zat yang akan diekstrak. Pemilihan pelarut ini penting agar zat yang akan diekstrak mau keluar dari lubang persembunyiannya. Bagaimana caranya? Sebelumnya kita harus tahu bahan alam tersebut mengandung zat apa yang akan diekstrak. Setelah tahu zatnya, kita mencari pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang beti-beti (hampir sama) dengan zat tadi. Seperti saat membeli sepatu, kita harus memilih ukuran mana kan yang cocok? Sama. Saat akan mengekstrak suatu zat, maka kita harus tahu tingkat kepolaran zat tersebut. Gimana caranya? Ya cari dong di perpustakaan!(kayak dosen paling galak aja >.<). Selain itu, ada syarat yang harus dipenuhi untuk memilih dua pelarut tadi, yakni tidak saling bereaksi. Ya iyalah kalau kedua pelarut sibuk so sweat sendiri mana bisa ngekstrak zatnya. Setelah mengetahui pelarut yang cocok, kita harus mengetahui berapakah perbandingan pelarut yang akan digunakan. Seperti kalau mau buat kue, berapa sih airnya, berapa sih telurnya. Kalau gak pas kan bisa bantet.
Proses ekstraksi secara sederhana menggunakan corong pisah. Sepintas alat ini berbentuk seperti kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dankerandi bawahnya. Penyumbat bagian atas digunakan untuk memasukkan dua pelarut dan zat yang akan diekstak. Sebelum memasukkan bahan-bahan buat kue kastengel eh bahan-bahan ekstraksi, pastikan dahulu keran di bawahnya tidak bocor. Setelah aman, barulah bahan-bahan tadi bisa dimasukkan. Setelah itu tutup penyumbat atasnya. Lalu, mulailah mengocok. Kocok-kocok, kocok terus. Proses pengocokan ini bertujuan agar zat yang akan diekstrak terdistribusi ke dua pelarut tadi sesuai koefisien distribusi. Apa itu koefisien distribusi??
[caption id="attachment_290348" align="aligncenter" width="320" caption="Berbagai jenis corong pisah (http://syafiqdhia.blogspot.com)"]
[/caption]
Koefisien distribusi adalah perbandingan zat terlarut (zat yang akan diekstraksi) ke dalam dua larutan yang tidak saling bercampur. Jadi, zat yang akan diekstraksi akan terpisah dalam dua pelarut tadi dengan jumlah tertentu. Artinya, kita tidak bisa mengekstrak semua zat tadi. Wah kok gitu??? Sayang kan udah capek-capek ngocok tapi gak semua zat bisa diekstrak? Malah dulu pas Praktikum Pemisahan Kimia saya capek ngocok hampir satu jam berdiri tapi hasile dikit banget. Mana dosen Kimia Analitik galak-galak lagi, trus asdosnya bikin eneg lagi. Lho kok malah curcol???hehe, maap.
Sampek mana tadi, oh iya sampek Koefisien Distribusi. Bahan alam yang kita ekstrak biasnya memiliki struktur yang cukup kompleks. Kalau digambarkan kayak kemacetan di Jakarta. Ribet banget. Nah dari struktur yang ribet tadi ada bagian yang hidrofilik, ada yang hidrofobik, dan ada yang bencong eh diantara hidrofilik dan hidrofobik. Analoginya seperti saat proses pilkada. Basis massa suatu partai tidak akan memberikan suranya ke calon yang diusung partai bersangkutan. Ada juga konstituen yang pada pemilu legislatif memilih partai tersebut, namun saat pilkada memilih calon dari pertai lain. Akibatnya, distribusi suara dari basis massa partai tersebut terdistribusi ke beberapa calon. Begitu juga dengan zat yang akan diekstrak. Dia tidak akan pernah larut semuanya dalam salah satu pelarut.
[caption id="attachment_290349" align="aligncenter" width="400" caption="Cara memegang corong pisah saat mengocok yang benar (http://archives.library.illinois.edu)"]
[/caption]
Setelah pengocokan dirasa selesai (habis capek sih), maka kita letakkan corong pemisah tadi di atas ring yang telah terpasang di klem. Ring ini berbentuk lingkaran sebagai tempat corong pisah setelah pengocokan. Nah setelah itu kita tunggu apa yang terjadi beberapa saat. Sim salabim. Ada dua lapisan di dalam corong pisah. Dua lapisan tersebut merupakan dua pelarut tadi. Pelarut yang memiliki massa jenis (hayo ada yang tahu apa itu massa jenis???) lebih besar akan berada di bagian bawah. Zat yang kita ekstrak berada di dua lapisan pelarut tadi dengan jumlah sesuai koefisen distribusinya. Setelah itu kita keluarkan cairan bagian bawah melalui klep bagian bawah hingga hanya meninggalkan pelarut bagian atas. Sudah selesai?? Belum. Tunggu kelanjutannya di part selanjutnya.
[caption id="attachment_290347" align="aligncenter" width="450" caption="Setelah pengocokan dan pendiaman akan tampak 2 lapisan pelarut. (www.sjichem.co)"]
[/caption]
Sekian. Mohon maaf jika ada kekurangan. Salam
Sumber: Soebagio,dkk. 2005. Kimia Analitik II.Malang: UM Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H