Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan oleh sekolah sangat beraneka ragam. Salah satunya adalah marching band, atau banyak orang yang menyebutnya drum band. Diantara sekian banyak ekstrakulikuler, marching band adalah salah satu ekstrakulikuler andalan sebuah sekolah untuk menunjukkan prestasinya.
Namun, bagi sebagian sekolah yang minim murid, marching band biasa digunakan untuk mengenalkan sekolahnya kepada pihak luar. Terutama bagi Madrasah Ibtidaiyah swasta yang memiliki jumlah murid memperihatinkan. Marching band menjadi sarana MIS untuk berusaha mendapatkan semaksimal mungkin murid saat ajaran baru.
Sulitnya MIS yang belum terkenal ini mendapatkan murid disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah rendahnya minat masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya di MI. Selain itu, banyaknya SD negeri yang mengepung MI juga sedikit banyak menyebabkan MIS tersebut kekurangan murid dari tahun ke tahun.
Meski dilanda kesulitan itu, pihak pengelola MIS tak kehilangan akal. Melalui marching band, sekolah mengenalkan kebolehan siswanya dalam memainkan alat musik yang dipadu dalam sebuah harmoni. Memang pihak sekolah, terutama kepala sekolah harus rela berkorban mencari dana untuk membiayai kegiatan ini, namun lambat laun buah dari pengorbanan mereka ada hasilnya. Salah satunya telah dilakukan sebuah MI di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang ini.
[caption id="attachment_303694" align="aligncenter" width="307" caption="Persiapan sebelum tampil di sekolah"][/caption]
Sejak tiga tahun terakhir ini, marching band dari MI ini telah banyak bermain untuk berbagai acara. Nah yang unik adalah mereka sering diundang tampil di acara pernikahan, yakni acara temu manten. Jika biasanya acara temu manten diiringi oleh tanjidor atau rebana, maka penduduk di sekitar MI ini meminta para siswa untuk bermain marching band saat acara temu manten.
Para siswa sangat antusias saat diminta tampil oleh warga yang sedang menggelar hajatan. Mereka telah mempersiapkan diri sepulang dari sekolah. Latihan pun sudah dilakukan rutin setiap minggu. Meski jarang sekali dibayar dan hanya diberi kue, namun semangat mereka patut diacungi jempol. Mereka beralasan inilah saatnya menunjukkan kepada masyarakat sekitar bahwa sekolah mereka tetap eksis, tetap berprestasi, meski jarang dilirik masyarakat. Mereka bangga bisa bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang bisa juga menunjukkan bakat dan prestasinya mesti kurang begitu dilirik masyarakat.
[caption id="attachment_303702" align="aligncenter" width="480" caption="Warga yang antusias melihat penampilan marching band"]
[/caption]
Dalam satu bulan , jika sedang musim hajatan nikah atau sunatan, mereka bisa tampil hingga 5 atau 6 kali. Memang cukup sulit membagi waktu, terlebih acara berlangsung saat hari masuk sekolah. Meski begitu, guru pembimbing mereka hanya menerima tawaran saat menjelang akhir pekan, bukan saat awal pekan. Bagaimanapun juga, sekolah tetap yang utama dan tidak boleh diganggu.
[caption id="attachment_303699" align="aligncenter" width="480" caption="Rombongan manten ini berjalan di belakang marching band"]
[/caption]
[caption id="attachment_303700" align="aligncenter" width="480" caption="Saat pemain marching band dijamu tuan rumah"]
[/caption]
[caption id="attachment_303701" align="aligncenter" width="480" caption="Para pemain marching band sedang menikmati makanan dari tuan rumah"]
[/caption]
Pihak sekolah menyadari masih banyak kekurangan dari marching band yang mereka bina. Pihak sekolah masih terus mengupayakan berbagai perbaikan seperti kostum, penampilan, dan alat-alat. Terlebih, pihak sekolah sangat bersyukur dalam dua tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan murid baru setiap tahunnya. Jika sebelum ada marching band ini sekolah hanya mampu menerima sekitar 10 murid baru, setelah adanya marching band ini sudah ada lebih dari 20 murid yang mendaftar ke skolah ini tiap tahunnya. Artinya, marching band ini mampu mendongkrak kepedulian masyarakat agar mau menyekolahkan anaknya di MI. Sejatinya, usaha ini juga dilakukan oleh MI-MI lainnya, terutama yang kurang dilirik masyarakat. Tidak hanya melalui marching band, tapi juga ekskul-ekskul lainnya. Memang kesuksesan sebuah sekolah tidak hanya dilihat dari banyaknya jumlah murid. Namun, jika lama-lama sekolah tersebut semakin sedikit muridnya, tidak tertutup kemungkinan akan tutup bukan? Semoga usaha MI-MI bisa membuahkan hasil yang menggembirakan.
Sekian, semoga bermanfaat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H