Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Belajar Menulis Kreatif Bersama Chey Yuanita

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401605477476059792

Minggu pagi (01/06/2014) kemarin, bertempat di Rumah Baca Cerdas yang terletak di bilangan Soekarno-Hatta (Suhat) Kota Malang, diadakan kegiatan diskusi menulis bersama Chey Yuanita. Acara ini diselenggarakan oleh sebuah unit kegiatan mahasiswa salah satu PTS di Malang yang bekerja sama dengan beberapa pihak sponsor. Sebenarnya, tema acara ini adalah menggali ide-ide kreatif para mahasiswa, terutama yang senang dengan kegiatan tulis-menulis. Untuk mengikuti acara ini, peserta tidak dipungut biaya alias gratis.

Acara menulis kreatif ini tak hanya diikuti oleh mahasiswa PTS tersebut, namun juga oleh beberapa kalangan seperti para blogger dan komika yang sangat antusias mendengar paparan dari Chey Yuanita mengenai ilmu penulisan, terutama penulisan Fiksi. Chey Yuanita sendiri merupakan seorang penulis fiksi yang telah membukukan karyanya yang bertajuk Nyanyian Cinta. Beliau saat ini sedang merampungkan novelnya yang akan segera terbit.

Acara dimulai dengan sesi pemaparan mengenai kiat-kiat untuk tetap produktif menulis. Mbak Chey memberi beberapa tips, antara lain terus latihan menulis setiap hari, paling tidak menghasilkan sebuah tulisan. Selain itu, jika kita mendapat ilham untuk menulis namun tidak dalam kondisi yang memungkinkan, maka kita bisa menuliskannya dalam secarik kertas atau mengetiknya di HP. Bahkan, kata Mbak Chey, saat kita memiliki ide tapi saat berkendara, kita bisa menepikan sejenak kendaraan kita dan merekam apa yang menjadi ide kita. Nanti, saat sudah di rumah  dan memungkinkan untuk menulis, maka kita tinggal mengulang kembali. Tak hanya itu, selain latihan menulis, kita juga harus tetap melakukan olahraga. Tidak perlu olahraga berat, cukup peregangan tangan atau sedikit memutar kepala. Dengan olahraga ini, maka otomatis pikiran kita tetap fresh saat menulis sehingga ide-ide akan mengalir dengan lancar.

140160559025320521



Menjadi penulis produktif yang baik juga tidak perlu terpaut dengan tulisan yang harus baik. Jadilah penulis yang buruk dulu, saran Mbak Chey. Dengan menjadi penulis yang buruk, maka kita akan terus belajar dan terus belajar untuk mencoba menjadi penulis yang baik. Sebelum menulis, ada baiknya kita membaca sebagai referensi. Sama halnya jika kita ingin menaiki mobil, maka kita harus mengisi bensin dulu kan? Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang tak dapat dipisahkan. Dan yang paling penting, kegiatan menulis yang kita lakukan harus didasari oleh rasa have fun. Selama kita suka melakukannya, maka kegiatan menulis akan menjadi sebuah kebutuhan, bukan lagi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan.

14016056631306841301



Chey Yuanita lalu melanjutkan paparannya mengenai cara penulisan fiksi. Sebenarnya, kita sudah banyak belajar menulis fiksi dari banyak penulis. Namun, Mbak Chey memberi sebuah cara yang sebenarnya cara lama yakni 5W+1H. Meski begitu, cara ini dapat menjadi terobosan baru dalam penulisan fiksi.

Cara 5W+1H hampir sama dengan cara penulisan sebuah reportase, yakni kita menggali ide-ide dari pertanyaan dasar. Namun, dalam penulisan ini, pertanyaan-pertanyaan dasar tadi akan digunakan untuk mengelaborasi sebuah cerita. Misalkan, sebuah cerpen dengan tema “Mantan”. Tokoh utamanya adalah Andre, Rena, dan Heru. Maka kita bagi menjadi beberapa pertanyaan dasar tadi.

Andre adalah kekasih Rena. Mereka telah berhubungan sejak masuk kuliah.

What: Apa yang terjadi dengan hubungan Andre dan Rena?

Hubungan mereka dalam kondisi di ujung tanduk

Why : Mengapa hubungan mereka di ujung tanduk?

Karena mantan Rena muncul kembali

Who : Siapa yang menjadi mantan Rena? Siapa dia?

Mantan Rena adalah Heru. Dia adalah teman Rena saat SMA.

When : Kapan Heru mulai muncul?

Saat Rena menghadiri acara reuni sekolah bersama Andre.

How: Bagaimana kelanjutan hubungan mereka?

……………………. dan seterusnya (lanjutkan sendiri).

Dari pertanyaan-pertanyaan dasar tadi, lalu kita rangkai menjadi sebuah konflik hingga menjadi sebuah penyelesaian utuh. Masalah penyelesaian, sebenarnya tak harus yang happy ending atau wah, penyelesaian yang menggantung pun bisa dijadikan pilihan. Semuanya nanti tergantung kepada selera pembaca.

Mbak Chey juga memberi masukan mengenai cara menghidupkan karakter tokoh. Sebaiknya, kita menghindari penjabaran sifat pada cerita. Ini juga mungkin banyak yang kita ketahui. Karakter tokoh kita gambarkan melalui hal lain seperti perilaku atau ucapan. Nah, satu hal yang mungkin bisa dilakukan adalah membuat sebuah esai khusus mengenai tokoh tersebut, atau bisa disebut sebagai biografi mini. Esai ini nantinya sebagai panduan kita dalam mengembangkan tokoh-tokoh di dalam cerita.

Bagaimana jika mengalami kebuntuan dalam menulis?

Mbak Chey memberi kiat agar kita menulis hal lain dulu. Misalkan kita stag menulis sebuah cerpen, maka kita menulis tentang hobi, lalu bosan lagi, menulis lain lagi tentang film, nanti di tengah menulis film kita mendapat ide menulis cerpen tadi, maka kita harus melanjutkannya. Begitu seterusnya. Cara ini digunakan oleh seorang penulis yang memiliki 4 laptop sendiri-sendiri jika mengalami kebuntuan. Tema penulisan kita juga jangan terlalu muluk-muluk, yang simpel saja namun belum banyak dirasakan orang lain.

Pada sesi tanya jawab, ada seorang peserta menanyakan bagaimana cara menulis fiksi dengan orang lain (penulis gabungan) seperti pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Cara penulisan seperti ini akan mengalami kesulitan dalam hal perbedaan gaya menulis. Menurut Mbak Chey, kita bisa memulainya dari pembicaraan yang sepele, misalkan chatting. Dari chatting tadi, maka akan timbul ide. Setelah timbul ide, maka penulis pertama akan membuat awal cerita (Bab I). Lalu penulis yang pertama akan memberikannya ke penulis kedua untuk dibaca ulang dan meneruskan penulisan Bab II, begitu seterusnya. Nanti di akhir penulisan masing-masing penulis akan mereview ulang dan mendiskusikannya sebagai penyempurnaan. Yang terpenting, bukan perbedaan gaya penulisan yang kita perdebatkan namun perbedaan pandangan dalam menceritakan yang ditonjolkan. Pembaca akan menikmati perbedaan itu saat membacanya.

1401605826108350469



Di akhir acara, panitia mengadakan sebuah lomba menulis sebuah fiksi dengan tema mimpi dalam waktu sepuluh menit. Ternyata para peserta sangat antusias dalam menuliskan karyanya. Mereka terus menuangkan idenya melalui pena. Lomba ini memilih 12 orang pemenang yang akan mendapat hadiah dari pihak sponsor.

[caption id="attachment_309264" align="aligncenter" width="448" caption="Para peserta serius menulis sebuah fiksi dalam waktu 10 menit"]

14016058911141388591

[/caption]

[caption id="attachment_309266" align="aligncenter" width="448" caption="Para pemenang penulisan fiksi. Selamat ya (y)"]

1401605973158231657

[/caption]

Demikianlah reportase mengenai acara latihan menulis ini. Semoga acara seperti ini terus diselenggarakan, terutama oleh Kompasiana yang  menjunjung tinggi platform menulis. Tidak hanya di kota besar saja, namun juga di seluruh penjuru Indonesia. Sebagai penutup, kutipan dari Mbak Chey adalah :

"Penulis adalah pekerjaan yang bisa menimbulkan banyak cacian, tapi jangan jadikan alasan untuk tidak menulis dan membagi sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain"

Sekian, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.

Gambar: Dokumen Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline