Lihat ke Halaman Asli

Jakarta, Musim Penghujan Diakhir Oktober lalu

Diperbarui: 16 April 2018   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wangi aroma tanah naik saat rintik hujan mulai membasahi tanah yang kering, hangat dan baunya sangat khas. Hujan itu rintik, rintik membawa ketenangan, rintik yang memanggil kembali kenangan, dan juga rintik yang membuat rindu. Rindu untuk mengisi blog misalnya. Sudah cukup lama rasanya jari ini tidak menari-nari, merangkai kalimat demi kalimat untuk membentuk sebuah bacaan absurd.

Jakarta .. saat ini sedang ingin di peluk terus menerus, lagi-lagi karna rintik itu. Matahari hanya beberapa saat mengintip dan kemudian menghilang. Esok harinya pun seperti itu. Tidak heran bunga-bunga sedang merekah-rekahnya saat ini.

Ada yang dibuat tenang ada pula yang dibuat resah. Rintik tidak selalu di anggap baik bagi sebagian pandangan, rintik juga dapat memanggil kesedihan yang dulu, rintik membuat luka kering menjadi basah kembali, apalagi rintik di sabtu malam, sepasang kekasih yang sedang romantis-romantisnya memandang langit melihat bintang akan mengeluh ketika rintik itu jatuh perlahan.

Burung-burung berteduh di bawah atap rumah dan pohon yang rindang, jalanan riuh ramai dengan suara klakson motor dan mobil, beberapa pengendara motor terlihat seragam mengenakan jas hujan dengan berbagai warnanya, pejalan kaki dengan gulungan celana setengah betis lengkap dengan payungnya. Tetangga sebelah kiri dan kanan menutup dengan rapat pintu dan jendela rumahnya dan memilih untuk terlelap dengan udara dingin jakarta yang jarang dirasakan.


Itulah sebagian potret aktivitas disaat rintik jatuh dari langit jakarta. Berbeda dengan yang lainnya, aku .. hanya duduk di depan layar laptop sambil mendengarkan beberapa musikPsychedelic Rock, bersama bungkusan --sahabat 12cm- dan susu panas. Tepat di depan jendela terelihat jelas rintik-rintik yang jatuh, berharap rintik dapat memberi jawaban atas pertanyaanku. Rasanya waktu cepat sekali berlalu, dulunya aku masih berlari-larian dengan kaki telanjang bersama teman-teman di kebon belakang rumah, menikmati rintik-rintik yang jatuh dengan sebuah bola plastik dan saling lempar tanah basah.


Mengingat waktu cepat sekali berlalu, seharusnya rintik tidak membuatku menjadikannya salah satu dari seribu jenis alasan untuk berlama-lama dalam keberharapan dan ketidaktertarikan. Karena pada akhirnya rintik nantinya juga akan berhenti, sehingga tidak dapat di jadikan alasan olehku.

"Mengapa masih ada orang yang terus berdiri tegak dan berteriak lantang padahal sudah terjatuh berkali-kali ?"

"Mengapa masih ada orang yang memilih berjalan pelan dengan sebuah kendaraan sedangkan jalan yang dilaluinya sangat sepi dan kosong?"

"Mengapa masih ada orang yang bertahan pada pilihannya sedangkan akhir dari sebuah pilihannya pun belum tentu baik?"

"Mengapa masih ada orang yang menempuh jalan berkelok sedangkan di sisi lain banyak jalan yang lurus ?"

Manusia dan dramanya, pada dasarnya kehidupan memanglah sebuah panggung pagelaran drama besar-besaran yang telah disusun rapih alur ceritanya dan saling keterkaitan, di tentukan secara tepat aktor-aktornya begitu pun akhir dari ceritanya. Manusia sangat pandai menyembunyikan dengan rapih sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, sedangkan menyembunyikan sesuatu yang berasal dari orang lain mereka sangat ceroboh. Manusia terlalu pandai berperan seolah-olah seperti malaikat dan ada pula manusia yang pandai berperan seola-olah dirinya iblis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline