Urgensi Kajian Barat Atas Al-Qur'an
Oleh:
Mufti Lathif
3120033
Pendahuluan
Kajian Al-Qur'an dan disiplin akademis yang mendukungnya telah mendapat banyak perhatian tidak hanya dari umat Islam, tetapi juga dari pengamat Islam Barat. Ini bukan hanya karena Al-Qur'an adalah kitab suci yang diyakini berasal dari wahyu dan berfungsi sebagai pedoman bagi orang-orang beriman, tetapi juga karena Al-Qur'an meninggalkan banyak misteri yang menjadika seorang terpesona dan merasa tertantang untuk mempelajarinya.
Posisinya sangat penting dan telah menarik banyak perhatian sejak zaman Nabi Muhammad. sampai sekarang. Perhatian ini diperjelas oleh catatan Al-Qur'an yang pertama kali disampaikan oleh Nabi Muhammad. bagi umatnya, kitabnya menjadi naskah atau mushaf, tafsir dan rumusan bidang keilmuan dalam kajian Al-Qur'an. Wujud dari minat yang luar biasa ini dapat dilihat dari banyaknya karya-karya ilmiah (tafsir) yang berupaya memperjelas makna al-Qur'an, di samping karya-karya intelektual tentang ilmu pengetahuan yang membantu untuk memahami al-Qur'an. Ilmu teresebut yaitu 'ulm al-Qur'n'.
Terlebih lagi, ketika kita berbicara tentang Barat, di Barat tidak hanya ada sarjana non-Muslim yang mempelajari Islam dan Al-Qur'an, tetapi juga banyak sarjana Muslim yang menetap dan mengajar di Barat dan telah menulis beberapa penelitian mengenai kajian keislaman dan al-Qur'an. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, dunia Barat tidak terbatas pada 'ulama Barat non-Muslim saja, tetapi juga sarjana Muslim seperti Fazr Rahman, Khalid Abu El-Fadhl, Abdullahi Ahmed Annaim, Amina Wadud, Asma Barlas, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain.
Pembahasan
A. Klasifikasi Umum Kajian Orientalis
Ketika membahas kajian Al-Qur'an Orientalis, kita dapat membaginya ke dalam dua kategori umum: kelompok pertama Orientalisme "kuno" (Orientalisme "masa lalu"). Lihat Ignaz Goldziher, yang meninggal pada tahun 1921, Theodor Noldeke (m. 1930), Edward Sell (memerintah 1932), dan Arthur Jeffery (memerintah 1959).