Jabariyah merupakan suatu aliran atau paham yang ada di Indonesia. Jabariyah berasal dari kata jabara atau ijbar yang memiliki arti memaksa atau mengharuskan melakukan sesuatu. Jabariyah, merupakan kata dengan penambahan kata ya nisbah sehingga artinya menjadi suatu kelompok atau aliran yang bersifat memaksa. Aliran atau paham Jabariyah pertama kali dikemukakan oleh Ja'd bin Dirham yang wafat karena terbunuh pada tahun 124 H yang kemudian penyebarannya dilanjutkan oleh Jahm bin Shafwan (w. 125 H). (Rozak, H. Abdul. 2014. Ilmu Kalam. Bandung : CV. Pustaka Setia)
Menurut Harun Nasution, Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Jabariyah berpaham bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah kehendak Allah dan makhluknya tidak ada kehendak atau kekuasaan untuk memilih atau menghendaki apa yang mereka mau dalam kehidupan ini termasuk manusia yang berakal atau makhluk Allah yang sempurna dibandingkan makhluk Allah lainnya. Lebih detailnya, Asy-Syahratsany menjelaskan bahwa paham al-jabr yaitu menghilangkan perbuatan manusia yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah SWT. sebagai Tuhan.
Selain itu, dalam bahasa Inggris Jabariyah disebut Fatalism atau predisnation atau predestination yang memiliki arti takdir. Sedangkan menurut Al-Munjid, seseorang yang mengikuti aliran Jabariyah yaitu orang - orang yang mengerjakan sesuatu dalam keadaan terpaksa atau bukan karena kehendaknya sendiri. (Mulyani, Sri. Akidah Akhlak untuk MA dan yang Sederajat Kelas XI. Surakarta : Putra Nugraha)
Jabariyah tidak serta merta ada dengan sendirinya, namun Jabariyah ada dikarenakan sebelum adanya Islam, orang Arab yang hidup di gurun yang suhunya yang begitu panas membuat mereka sangat bergantung pada alam sehingga membuat pola pikir mereka juga ikut berubah dan juga penyerahan diri pada alam. Menurut pandangan pengikut aliran atau paham Jabariyah, manusia adalah makhluk yang tidak mempunyai kehendak atau kekuasaan apapun dalam kehidupannya sendiri, layaknya seperti daun yang gugur dari pohonnya yang akan terbang karena diterpa angin. Daun gugur itu akan terbang kemanapun sesuai keadaan angina yang meniupnya semakin kencang maka semakin semakin jauh pula daun gugur itu akan terbang. Maksudnya adalah, segala yang ada di dunia ini semua tergantung atau sudah ditentukan oleh Allah SWT., dan manusia atau makhluknya hanya menjalaninya saja dan membawa mereka pada sifat fatalism.
Benih - benih munculnya Aliran Jabariyah, yaitu :
- Perdebatan antara sahabat Nabi Muahmmad SAW., yang pada saat itu juga dilerai oleh baginda Nabi Muhammad SAW., karena ditakutkan adanya kekeliruan tentang penafisran ayat - ayat Allah mengenai takdir
- Pencuri yang ditemukan oleh sahabat Nabi, Umar bin Khattab, yang mana ketika ditanya mengenai alasan mencuri, pencuri tersebut menjawab, "bahwa aku sudah ditentukan oleh Tuhan untuk mencuri hari ini."
- Khalifah Ali bin Abi Thalib setelah usainya Perang Shifffin ditanya oleh seorang laki - laki yang sudah tua mengenai pahala dan siksa. Apabila suatu perbuatan manusia itu sudah diputuskan berdasarkan qada dan qadar seesorang yang telah di tetapkan oleh Allah atau yang berarti paksaan, maka batallah pahala yang merupakan balasan atas segala perbuatan baik dan gugur pulalah siksa yang merupakan balasan atas segala perbuatan buruk yang dilakukan manusia
- Masa daulah Bani Umayyah, pandangan mengenai Jabariyah sudah mulai menguat ke permukaan, yang kemudian oleh Abdullah bin Abbas yang mengecam keras orang Syiria yang dikhawatirkan berpaham Jabariyyah dengan cara menyuratinya (Mulyani, Sri. Akidah Akhlak untuk MA dan yang Sederajat Kelas XI. Surakarta : Putra Nugraha)
Selain itu, di dalam Al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan atau menimbulkan sebab - sebab tentang adanya aliran Jabariyah seperti :
- Q.S Al -An'am ayat 111 yang memiliki potongan arti dari ayat tersebut, yaitu "... mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki..."
- Q.S Ash - Shaffat ayat 96 yang memiliki arti, yaitu "Padahal Allah - lah yang meciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."
Yang kemudian ayat - ayat inilah yang dijadikan pedoman bagi orang - orang pengikut aliran Jabariyah. (Rozak, H. Abdul. 2014. Ilmu Kalam. Bandung : CV. Pustaka Setia)
Jabariyah juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Jabariyah Ekstrem dan Jabariyah Moderat :
- Jabariyah ekstrem, Memiliki pengertian yaitu, segala perilaku yang dilakukan oleh manusia atau sesorang itu atas kehendak sang Kuasa bukan karena kemauan atau keinginan dari dalam dirinya, contohnya seperti seorang anak kecil yang mengambil uang ibunya tanpa izin, itu bukan keinginan dari dalam diri melainkan sudah atas ketentuan Allah SWT. Tokoh Jabariyah Ekstrem ini adalah Jahm bin Shafwan, dan Ja'd bin Dirham (seorang Maulana bani Hakim yang bertempat tinggal di Damaskus). (Latifah, Nok Aenul dan Abdul Mutholib. 2014. Paham Ilmu Kalam. Solo : PT. Tiga Serangkai Mandiri)
- Jabariyah Moderat, Memiliki pengertian yang sangat jauh berbeda dengan Jabariyah Ekstrem yaitu, sesungguhnya Allah SWT. atau Tuhan menciptakan segala bentuk perilaku manusia perilaku yang baik maupun yang buruk, namun Tuhan tidak memaksakan hamba-Nya. Manusia memiliki tenaga yang juga diciptakan oleh Allah SWT., tenaga itulah yang menjadi penggerak atau penghantar dalam melakukan suatu perbuatan manusia yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut pandangan orang - orang Kasab, manusia itu tidak majbur atau tidak dipaksa oleh Tuhannya. Tokoh yang termasuk Jabariyah Moderat adalah Husain bin Muhammad An-Najjar (An-Najjar, wafat pada tahun 230 H, pengikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyyah) dan Dhirar bin Amr (Adh-Dhirar). (Rozak, H. Abdul. 2014. Ilmu Kalam. Bandung : CV. Pustaka Setia)
Selain itu, Aliran Jabariyyah juga memiliki ajaran - ajaran yang mereka terapkan bagi para pengikutnya. Ajaran - ajaran itu memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
- Bahwa manusia tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum sesuatu itu terjadi lebih dahulu
- Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan atau kekuasaan dan ikhtiar atau usaha apapun, karen asetiap perbuatan yang dilakukan olehnya baik ataupun buruk, Allah semata yang dapat menentukannya
- Menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah atau kalimat Allah
- Surga dan Neraka tidak kekal dan akan ikut hancur juga bersamaan dengan para penghuninya karena sesungguhnya yang kekal dan abadi hanyalah Allah SWT. saja
- Bahwa Allah SWT., tidak memiliki satupun sifat yang sama dengan hamba-Nya atau makhluk citaan-Nya
- Allah tidak dapat dilihat di Surga oleh para penghuni Surga
- Iman seseorang cukup ditanmkan dalam hati saja tanpa perlu diucapkan ataupun dilafadzkan
- Segala ilmu Allah itu bersifat Hudus atau Baru
DAFTAR PUSTAKA :
- Rozak, H. Abdul. 2014. Ilmu Kalam. Bandung : CV. Pustaka Setia
- Latifah, Nok Aenul dan Abdul Mutholib. 2014. Paham Ilmu Kalam. Solo : PT. Tiga Serangkai Mandiri
- Mulyani, Sri. Akidah Akhlak untuk MA dan yang Sederajat Kelas XI. Surakarta : Putra Nugraha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H