Lihat ke Halaman Asli

Dan Ternyata

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku merasa sedang duduk beralaskan awan yang berjalan diangkasa, tubuhku begitu sejuk tersentuh angin losari yang membuatku bergoyang diatas perahu kecil yang berlabuh dihadapku. entah ada berapa orang yang sepertiku merasakan kedamaian ini.

sekarang ratusan orang berada di sekelilingku, ada yang tertawa dan berdiam diri menikmati pelukan mesra kekasihnya.
laut dan langit menjadi vertikal dan terlihat begitu dekat dengan kemegahaannya, keanggunanannya. tak lama lagi matahari ini akan terbenam dan menjadikan sore ini bersambung malam.

terkadang aku bingung dengan fenomenal alam ini.
tiap hari proses pergantian siang malam terjadi, namun saat matahari mulai terbenam sangat membuat hati menjadi riang, membuat logika ini seperti tak berfungsi,karena begitu besarnya kuasa sang pencipta jagad raya ini.

saat sahabat datang, kawan,dan kekasih hati berkesan biasa-biasa saja. begitu pula saat matahari terbit.menyaksikan matahari terbenam jauh lebih indah dibandingkan disaat dia terbit. dan kita akan merasa jauh lebih membutuhkan kawan, sahabat dan kekasih ketika mereka pergi meninggalkan kita.

serasa diri ini ingin memutar waktu yang baru saja terlewatkan.
sungguh beruntungnya aku ini jika matahari yang akan terbenam itu adalah aku, karena saat ini banyak manusia-manusia yang datang melihat keindahanku saat terbenam, banyak pasangan yang tengah beradu kasih mengucapkan janji setia untuk bersama. dan akan banyak pula yang berterima kasih padaku.***

Seketika konsentrasi ini hilang. mood yang tadinya bersarang kini perlahan memudar, hati ini terasa terbebani dengan kejadian yang baru saja terjadi. beginilah aku sebenarnya, jarang ada teman yang tahu isi hati ini. aku tak mau diatur apalagi saat jiwa ini mulai menerawang alam ini. ''jika kalian ingin pergi, pergilah dan biarkan aku disini.'' karena ditempat ini aku dapat merasakan berjuta kedamaian dari kebisingan disekelilingku.

walaupun matahari itu telah terbenam, namun jiwa ini masih teringat dengan keindahan yang baru saja terlewati. Keindahan yang hilang dan kini berganti dengan keindahan lain. ada seorang wanita berjilbab tak jauh di depanku. dia tampak begitu gelisah kehilangan sesuatu yang baru saja disaksikannya. mungkin dirinya tak menyadari bahwa bagiku dia juga merupakan keindahan yang telah diciptakan oleh Sang Kuasa. ''jika engkau bukan keindahan, tak mungkinlah aku memandangmu.''

Dia manis dan menjanjikan sebuah kebahagiaan bagiku. senyumnya yang merona kian membuatku resah untuk melangkahkan kaki kearahnya. setidaknya aku bisa tau nama dan nomor handphonenya.
''Tabe', mungkinkah ada ombak yang bisa aku selami?''
''maksudnya apa?''
''aku melihat sebuah kegelisahan hati di tempat ini, pemilik hati itu nampak murung dan terdiam, oleh karena itu aku datang untuk mengenal pemilik hati itu!''
''anda seorang penyair yah?''
''bukan!, tapi aku begitu senang melihat keindahan, dan kini aku tengah dihadapkan pada keindahan itu yang tampak murung bersedih''
''hahaha, silahkan duduk''
''iya, terima kasih. sejak tadi aku perhatikan anda sendiri saja, sedang menunggu seseorang yah?''
''oh, jadi rupanya anda ini memperhatikan aku!''
''kenapa, tak ada larangan tertulis kan dilarang memandangi anda?''
''tentu ada! aku yang melarang kamu!''
''hahaha, ternyata sekarang aku bertemu seorang pelawak yah''
''tentu''
''tentu apa?''
''tentu bukan!''oh kamu ini ternyata pelawak toh'
tanpa disengajah kami tertawa bersama dan membuat suasana ini semakin akrab. aku mencoba membangun perkenalan yang berkesan dengan melontarkan perntanyaan yang mungkin tidak membuatnya jenuh atau beranggapan bahwa aku ini adalah lelaki yang gemar mengobral gombal kepada wanita-wanita cantik seperti dia.

percakapan itu begitu berkesan, aku merasa telah berhasil membuatnya kagum dengan segala saran, gombal dan rayuanku padanya. Dua jam lebih kami duduk berdampingan saling berbagi cerita masa lalu, aku tau dia tengah bersedih karena berpisah dengan kekasih hati yang telah menyakitinya. namun aku belum mau terlalu jauh menyelami hatinya agar dia tetap nyaman disisiku.

aku tersenyum dan tertawa didalam hati. ''ternyata aku begitu beruntung'', bagaimana tidak jika ternyata wanita yang berparas cantik dan berperasaan lembut ini telah bersandar dipundakku. tadinya aku cuma berharap untuk tau nama beserta nomor handphonenya. kini duduk tepat dibelakangku sambil menikmani hembusan angin diperjalanan menuju tempat kostnya. ''ternyata modal nekad, rayuan gombal dan motor butut, wanita secantik ini bisa kutaklukkan''.

Naluri lelakiku terus hadir disepanjang jalan, aku berharap bisa cepat sampai dan naluri ini hilang. aku tak ingin ini hadir begitu cepat. setidaknya sesuai pepatah ''bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian''.***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline