Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Mem-branding Diri Anda

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum masuk ke tulisan, saya akan berikan sebuah kejadian yang menimpa salah seorang mahasiswi saya yang cantik rupawan plus gaul dan seksi, sebut saja Mawar. Karena karakteristik yang saya sebutkan tadi, si Mawar ini jadi “incaran” senior di kampus, baik yang iri ataupun yang kagum sama dia. Si Mawar pun mencari aman dengan jalan memacari salah seorang senior, sebut saja Budi, yang jaringan pertemanannya luas namun suka sok keren. Intinya, hubungan mereka menjadi bahan pergunjingan, ledekan, dan gosipan. Trending topic pokokna mah. Singkat kata, begitu si Budi lulus kuliah, maka berakhir pula hubungan mereka.

Dan.. Meski Budi sudah lulus dan Mawar sudah beberapa kali berganti pacar, namun si Mawar ini masih terkenal dengan cap “Mantannya si Budi”.
Suatu hari, si Mawar bertanya ke saya, “Mbak, kenapa sih orang taunya mantan gue si Budi aja? Padahal kan mantan gue banyak.”

Moral of the story adalah:
1. Pikir-pikir sebelum memacari seseorang.

2. Berhubung Anda adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain, maka setiap hal yang Anda lakukan akan dimaknai oleh orang lain. Dan pemaknaan itu menentukan citra Anda di mata orang lain. Pemaknaan yang terakumulasi menjadi reputasi Anda.

3. Cap yang diberikan orang lain kepada Anda itu namanya “personal branding” anda. Cap ini bisa aja mantannya si A, anak yang aneh, anak yang cupu, dosen yang galak, dosen yang jadul, atau bisa juga dosen yang keren.

Masuk ke cerita kedua:

Waktu kuliah dulu, saya punya teman perempuan yang cantik, lucu, gaul, keren, someone you can have fun with. Saking kerennya temen saya ini, dia pernah digebet dalam waktu bersamaan oleh empat orang mahasiswa, satu angkatan, satu geng permainan. If you think you’re cool enough, think twice and compare yourself with her. Untuk sebuah kampus di Jatinangor dengan jumlah mahasiswa satu angkatan sekitar 200 orang, temen saya itu: FENOMENAL. Mencatat sejarah kisah percintaan di kampus itu, angkatan itu. Sekarang temen saya sudah menikah (menikahi salah satu di antara keempat pria tadi). Tapi…. sampai sekarang dia masih diingat sebagai si mojang yang digebet oleh empat bujang. Baik saat nongkrong-nongkrong ataupun di media sosial, masih ada yang suka berkomentar tentang fenomena itu. Temen saya, yang sudah bersuami, tentu saja bete kalau selalu diungkit tentang itu. Sebenarnya mungkin bete karena dia menjaga perasaan suaminya.

Moral of the story:

1. Reputasi atau brand yang menempel pada seseorang akan menempel dalam waktu yang lama.

2. Lebih mudah untuk melakukan re-branding pada sebuah produk daripada ke seseorang. Re-branding produk bisa aja dilakukan dengan mengganti nama, ganti packaging, ganti sasaran produk (Misalnya Bank Century yang ganti jadi Bank Mutiara). Tapi… re-branding orang itu susah. Seorang mahasiswa saya yang melakukan penelitian tentang strategi personal branding dalam konteks komunikasi politik bahkan memprediksi kalau Ical nggak akan menang dalam Pemilu 2014 karena dia secara historis personal branding dia udah rusak.

Lalu, solusinya gimana dong kalau terlanjur dianggap si anak yang aneh atau anak yang cupu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline