Lihat ke Halaman Asli

Iko Deswanda

Penikmat suasana

Kesadaran Akan Perbuatan Menjadi Pemecah dari Masalah

Diperbarui: 8 Agustus 2019   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang ini banyak diberbagai media sosial dan media online membahas tentang sampah atau yang tidak pernah berhenti muncul di media adalah berita tentang arus lalu lintas. Tidak sedikit yang warga net menyalahkan pemerintah karena dinilai gagal tanpa sedikitpun memberi solusi. Tidak sedikit pula yang menyalahkan sampai menghujat kepala daerah tanpa yang seolah olah pemimpin tersebut gagal total.

Sebenarnya, kemajuan sebuah negara maupun daerah adalah keberhasilan bersama, bukan keberhasilan pemerintah atau hanya keberhasilan masyarakat. Semua harus saling bahu membahu dalam memberikan kontribusi terbaiknya untuk daerah maupun negara tanpa harus berpangku tangan dan pasrah.

Banyak dari kita saat ini hanya pasrah terhadap pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan di daerah. Sebagai contoh untuk saat ini adalah permasalahan sampah, kita sejak dibangku Sekolah Dasar sudah diajarkan oleh guru kita yaitu "Buanglah Sampah pada tempatnya" bukan buang sampah dipinggir jalan atau buang sampah disungai. 

Saya pikir semua Guru Sekolah mengajarkan hal yang sama. Belum lagi kalo disekolah ada mata pelajaran keterampilan, yang mempelajari tentang bagaimana memnfaatkan barang bekas bisa bernilai guna. Seharusnya hal seperti yang diajarkan guru kita sejak Sekolah Dasar harus diterapkan sampai kita Tua.

Mungkin hal yang saya sampaikan diatas dilihat sangat sepele. Namun menurut hemat saya dengan menerapkan apa yang diajarkan oleh guru kita sejak Sekolah Dasar semua akan berdampak besar bagi daerah kita. Namun ada cuitan masyarakat "udahlah, ini sampah kecil tidak pula mempunyai dampak yang besar". 

Kalo kita berpikir seperti itu, sampah yang awalnya satu jika dilakukan berulang kali maka akan menjadi banyak. Seharusnya pola pikir tersebut harus dirubah menjadi "sudahkah kita membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah" atau "sudahkah kita meminimalisir penggunaan barang yang akan menjadi sampah" atau "sudahkah kita menciptakan sesuatu dari sampah". Jika pola-pola berpikir seperti ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sampah tidak menjadi persoala yang besar.

Pemerintah sebenarnya sudah menyediakan tempat-tempat untuk membuang sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Namun masyarakat masih juga dengan entengnya membuang sampah di kali maupun di sungai. 

Lebih parahnya lagi fasilitas tempat sampah yang disediakan dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ketika sudah datang salah satu dampak seperti banjir, banyak masyarakat yang menyalahkan pemerintah karena dinilai gagal. Ini sunggung aneh, kita yag berbuat seharusnya kita yang harus berani ambil resiko.

Selain fasilitas tempat sampah, diberbagai daerah, pemerintah sudah benyak berupaya untuk meminimalisir sampah. Seperti membuat Rumah Kompos maupun Bank Sampah. Namun fasilitas yang disediakan tidak dimanfaatkan dengan baik dan maksimal. 

Seharusnya dengan adanya Bank Sampah dan Rumah Kompos tersebut, dampak yang dihasilkan bukanlah pengurangan sampah yang ada dilingkungan, namun bisa menghasilkan pundi-pundi Rupiah. Namun sayang, sampai saat ini faslitas tersebut belum dijalankan dengan maksimal.

Kesadaran diri itu sangat penting bagi kemajuan daerah, bukan hanya sekedar akan sampah, namun harus sadar juga dengan aturan yang sudah diberlakukan. Tertib akan hukum dan sadar akan perbuatan menjadi kunci utama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline